"Akhirnya selesai juga." Ujar Zero sembari menguap lebar.
"Menjijikkan! Bila Ofiotaur masuk ke dalam mulutmu aku akan sangat bersyukur." Gerutu Andrian yang berada di samping nya.
"Mana mungkin makhluk menggemaskan itu bisa masuk ke dalam mulutku payah!"
"Menggemaskan? Sepertinya matamu bermasalah Zero, apa perlu aku belikan belati untuk memperbaiki matamu itu?"
Zero tidak membalas agar menghindari konflik pertumpahan darah di antara ke-dua nya, di tengah-tengah ramai nya kota Earthland yang telah kembali bangkit langkah Zero seketika berhenti kala menangkap sekelebat bayangan gelap hadir bersama belaian angin, orang-orang di sekitar tidak akan menyadari karena sihir yang mereka miliki terlalu rendah, atau karena alasan lain.
Andrian menaikkan ke-dua alisnya tinggi kala menangkap Zero yang berhenti di tengah hiruk-pikuk orang-orang. "Ada apa?"
"Tidak ada, hanya calon bangkai tikus yang lewat terbawa angin." Balas Zero dengan malas.
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."
"Sudahlah, aku akan segera menemui pangeran Wizard yang tengah bekerja keras menetralkan sihirnya." Zero segera mengambil jalan lain dengan langkah cepat, disusul oleh Andrian yang berada di belakang nya.
"Cih aku bukan ibumu! Kenapa kau mengikutiku?!" Zero berseru kesal mendapati Andrian yang mengekori.
Andrian membuang nafas berat, dirinya tidak pandai beralibi, maka berujar jujur. "Aku ingin belajar sihir darimu."
Dahi Zero mengerut tipis. "Belajar sihir dariku? Untuk apa aku mengajarimu?"
"Aku serius Zero! Sihirku belum cukup untuk melindungi semua orang yang berada di wilayah-ku." Andrian menaikkan nada bicaranya.
Zero membalas dengan melanjutkan langkah nya cepat tanpa mengucapkan sepatah kata, sepasang kakinya membawa pria biru itu ke sebuah perbukitan, di sana ada tanah yang cukup luas ditemani kepingan batu, sihir-sihir berkeliling liar di udara, menghantam apa yang ada hingga hancur berkeping-keping, Zero mendekat ke arah Axell yang belum sadar akan kehadiran nya.
Axell sontak menoleh ketika pundak nya ditepuk dua kali.
"Sihirmu cukup besar tapi kau tidak bisa mengendalikan nya dengan benar."
"Padahal aku sudah mengajarimu berulang kali." Sambung Zero.
Emosi yang menggulung akibat putus asa membuat Axell mengepalkan ke-dua lengan nya kuat. "Bila aku bisa mengendalikan sihirku, aku tidak akan belajar darimu bodoh!"
"Apa katamu?!"
Mungkin karena efek terik mentari kepala mereka mudah memanas, begitupun Zero, pria biru itu perlahan menarik pedang mengkilat nya dari sarung kiri, lantas mengayunkan nya hingga berhenti tepat di samping kepala Axell. "Itu adalah kata-kataku payah!"
"Turunkan pedangmu itu Zero!" Andrian berseru agar Zero berhenti melakukan aksi yang terbilang kurang ajar, meskipun pria biru itu adalah tangan kanan sang Lord, tidak ada aturan yang mengatakan bila Zero dapat bertindak se-enak hati.
"Berisik!"
"Bagaimana bila kita berduel?" Zero memandang Andrian serta Axell secara bergantian, suasana di sekitar terasa menekan leher, Axell menelan ludah kasar, ini bukan hawa yang terasa seperti biasanya, Zero terlihat jauh berbeda, apa karena perkataan nya yang terlampau berlebihan hingga membuat Zero berubah se-dratis ini?
Untuk kali ini, Axell dibuat menegang kala pedang tajam milik Zero menyentuh permukaan kulit lehernya, tidak sampai menggores karena tidak di tekan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...