Anna memutar tubuh nya ke samping kanan, perlahan sepasang mata bulat nya terbuka hingga sempurna, Anna memandang seisi ruangan lalu mengernyit, ruangan yang kini dirinya tempati terasa berbeda, Anna mulai beranjak duduk lalu menyapu pandangan ke segala sudut ruangan, kakinya turun dari ranjang hingga menapak di atas marmer berselimut karpet merah.
Ruangan ini tampak besar, terlihat ada perpusatakaan kecil di setiap sudut, kaki mungil Anna terus melaju sampai berhenti di ruangan lain, seperti ruangan kerja.
Anna berjalan mendekat ke arah meja yang di penuhi oleh sebuah gulungan.
"Benda apa ini?" Ujar Anna seraya membuka salah satu gulungan tersebut, terdapat tulisan-tulisan aneh yang tertuang di dalam nya membuat Anna tidak bisa memahami nya.
"Kau sudah bangun?"
Suara berat nan dingin itu mengejutkan dirinya, Anna segera berbalik, memandang Alaric yang tengah tersenyum ke arah nya.
"Padahal ini masih pagi, biasanya kau masih menutup mata dan sulit untuk dibangunkan." Ujar pria itu.
"Ba-bagaimana kau bisa tahu?!" Tanya Anna terbata kala Alaric tahu kebiasaan buruknya di pagi hari, padahal Alaric tidak pernah membangunkan nya.
"Dari matamu." Alaric menyampingkan helaian surai Anna ke belakang daun telinga, lalu tubuhnya sedikit merendah agar dapat mencium bau harum yang telah menjadi candu nya.
"Aku tahu semuanya ketika melihat matamu."
"Apa kau menggunakan sihir agar bisa mengetahui itu?" Tebak Anna.
"Tentu saja tidak, mungkin karena perasaan kita."
"Apa maksudmu? Hanya karena kita saling mencintai kau bisa melakukan hal itu?"
"Tepat sekali, dan saat kau mulai jatuh cinta kepada-ku, aku mulai bisa merasakan keberadaan-mu."
Pandangan Anna perlahan beralih ke arah luar jendela, "Begitu ya? Tapi aku masih belum mengerti."
"Apa yang membuatmu belum mengerti?" Tanya Alaric seraya memeluk leher Anna.
"Perkataan-mu saat kau tidak bisa merasakan keberadaan-ku, dan kau bisa melihat semua yang aku lakukan dengan hanya melalui tatapan mata, tapi kenapa aku tidak bisa melakukan hal itu?" Ujar Anna panjang lebar seraya menggembungkan pipinya, apa yang terjadi selama dirinya bersama Alaric hanya pria itu yang mendapat keburuntungan, lantas kenapa dirinya tidak?
Terdiam sesaat, Alaric langsung menatap Anna dengan intens. "Karena kau manusia Nana."
Anna nyaris melupakan fakta itu. "Kau benar."
Gadis itu tersenyum kecil lalu memainkan gulungan dengan membuka lembar demi lembar di dalam nya. "Aku hampir lupa jika kita berbeda."
Pelukan di leher Anna semakin mengerat, Alaric menaruh dagunya di atas pucuk kepala Anna kemudian berujar. "Meskipun kita berbeda aku akan tetap mencintai-mu, aku tidak peduli kau selemah apa, wujudmu apa, aku akan tetap mencintaimu!"
"Aku juga!" Anna berseru yakin.
"Benarkah?" Pandangan Alaric jatuh ke bawah, tepat kepada Anna yang tengah memainkan kertas gulungan.
"Aku ragu bila kau akan tetap mencintai-ku setelah kau melihat wujud asliku." Sambung Alaric seraya melonggarkan pelukan nya.
"Tidak, aku akan tetap bersamamu Willi! Apapun yang terjadi aku akan tetap bersamamu!" Ujar Anna dengan tatapan berubah serius.
Alaric tersenyum tipis, lalu mengelus surai Anna pelan. "Aku senang mendengar itu, semoga omongan-mu bukan kebohongan Nana!"
"Tentu saja tidak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...