Masih di bawah gelapnya langit yang sama suasana di ke-dua insan di dalam kamar menghening hingga memakan waktu yang cukup lama, Anna mengerjap berulang kali, kemudian menarik lengan Alaric yang masih menyatu bersama ke-dua pipinya, setiap sepatah kata yang keluar dari dalam mulut Alaric sungguh membuat hati berdebar, mau itu sebuah ancaman ataupun gombalan, tidak ada yang berbeda.
"Kapan kau akan pergi?"
Alaric menyeringai tipis kemudian mendaratkan dahinya di atas dahi Anna. "Setelah kau tidur."
Anna menahan nafas. "Ke-kenapa kau menunggu-ku tidur?"
"Aku takut kau kesepian."
"Biasanya kau tidak seperti itu."
"Seperti apa?"
"Tidak, sebaiknya aku tidur sekarang."
Alaric menarik kepala nya, posisi nya belum beranjak, masih memandangi Anna yang tengah menarik selimut hingga batas leher, perlahan kepala Alaric kembali mengikis jarak hingga menyisakan ruang dari tipis nya selimut yang menutupi separuh wajah Anna, helaian surai gadis itu yang tidak ikut tertelan selimut Alaric mainkan begitu pelan.
"Nana aku akan pergi untuk mengurus sesuatu."
Anna mendongak hingga pandangan nya menyatu bersama Alaric. "Biasanya kau selalu pergi tanpa memberitahu-ku, memangnya kau mau pergi kemana?"
"Kerajaan Earthland."
"Kerajaan apa itu?"
"Kerajaan kaum penyihir."
Dari balik selimut nya Anna mengukir senyum senang. "Apa aku boleh ikut?"
"Tidak!"
"Kenapa kau tidak pernah mengizinkan-ku untuk kemana-mana, padahal aku hanya ingin ikut bersamamu." Tanpa Alaric sadari senyuman Anna meluntur.
Alaric mengusap pucuk kepala Anna sekilas kemudian beranjak duduk. "Aku ke sana bukan untuk bersenang-senang Nana."
Anna termangu sesaat, lalu berujar seusai mengerjapkan mata. "Lalu untuk apa kau pergi ke sana?"
"Mengurus kekacauan yang telah di lakukan oleh musuh-ku."
"Kau memiliki musuh?"
"Tentu, bahkan sangat banyak."
Alaric mulai turun dari permukaan ranjang, kemudian mendekati jendela, pemandangan gelap-gulita dari suasana malam terlihat kentara kala Alaric menyibak gorden sekilas. "Cepatlah tidur Nana ini sudah larut!"
"Baiklah." Sepasang mata Anna pelan-pelan terpejam, tetapi beda hal nya dengan isi benak nya kala ini, tengah berkelana jauh memikirkan rencana untuk besok.
Seusai menangkap gadis-nya telah terlelap Alaric segera menjentikkan jari, menciptakan angin lebat yang langsung datang seraya membawa nya menghilang secara perlahan.
•••
"Bereskan dengan benar bodoh!"
Andrian segera membanting tulang seseorang kepada Zero yang minim sopan-santun. "Ingat posisi-mu di sini!"
Seraya menangkap tulang yang hendak mendarat di atas kepala nya Zero memutar bola mata malas. "Posisi apa maksudmu? Bila aku tidak menolong-mu aku tidak yakin kau masih hidup."
"Jadi bersyukurlah jika aku datang kemari."
Seketika Andrian membisu kemudian segera membereskan tulang rakyatnya yang berserakan, dirinya sempat berpikir bila sikap Zero telah di telan oleh para Gorgon. Sedangkan Axell, sedari tadi dirinya terus fokus mengerjakan tugasnya tanpa menghiraukan suasana di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...