"Dia berniat membunuh kita." Ujar Andrian seraya mengatur nafasnya yang terputus-putus, dirinya kembali memasang kuda-kuda untuk menyerang Zero yang jelas berbeda.
"Apa dia selalu melatihmu seperti ini?" Tanya Andrian kepada Axell yang berada di samping nya, wajah Pangeran Wizard itu terlihat babak belur, bahkan seluruh tubuhnya telah dihiasi oleh luka goresan.
"Tidak, ini pertama kalinya aku dilatih seperti ini olehnya."
"Dia benar-benar gila, kita tidak diberi waktu untuk beristirahat dari kemarin." Andrian mengurungkan niatnya untuk bersuara kembali, pria itu membulat kala sihir petir melesat begitu saja melewati wajah nya.
Duarrr!
Andrian menoleh ke belakang, tepat ke arah bukit yang dirinya bangun menggunakan sihir kini telah hancur-lebur akibat ulah Zero yang begitu antusias mengendalikan sihirnya di udara, terlihat melesat-lesat percikan petir seusai meluluhlantakkan sihir Andrian.
"Jangan melamun! Fokus pada latihan, bukankah kau ingin menjadi kuat?" Zero mengayunkan pedang nya lihai ke arah Andrian, namun pria itu dengan gesit menghindar lalu melayangkan sihir hingga mendarat sempurna di permukaan wajah Zero.
"Berhasil! Rasakan itu payah!" Andrian berseru menang seraya meninju angin di hadapan nya.
Axell menggelengkan kepalanya pelan. "Kau baru berhasil dua kali selama latihan dari kemarin, aku takut kepala-mu membesar."
"Tentu tidak! Meskipun begitu, tubuh-ku tidak separah dirimu."
Seusai pertarungan melawan Graeae, Andrian tidak pernah berbicara formal lagi kepada Axell, dirinya sering berbicara serta bersikap layaknya seorang teman.
Andrian mulai merentangkan ke-dua lengan nya ke depan seraya merapalkan sebuah mantra, seketika tanah di sekitar langsung retak hingga berubah menjadi sebuah benteng. "Aku yakin Zero tidak akan bisa masuk ke sini."
"Kau tidak tahu kekuatan yang dimiliki oleh Zero sekuat apa."
"Separuh sihirku saja tidak bisa mengalahkan nya." Sambung Axell seraya menghela nafas.
"Sepertinya dia memang dari kaum Dragon." Ujar Andrian tiba-tiba. "Tapi aku belum pernah melihat Tuan Evan mengeluarkan sihirnya."
"Kau benar, di tambah aura Tuan Evan begitu berbeda dengan Zero."
Duarrr!
Ke-dua pria itu langsung terlonjak kala ledakan di depan mereka muncul secara tiba-tiba, perbukitan atau benteng yang di ciptakan oleh Andrian telah berubah menjadi puing-puing kecil bertaburan, Axell segera beranjak berdiri lalu menajamkan penglihatan.
"Sihirmu sudah berkembang Andrian."
Debu tebal dari reruntuhan tanah perlahan menyingkir kala Zero berjalan mendekat ke arah Andrian serta Axell, pria itu mengukir senyum lebar kemudian berujar. "Tapi sikap sombong-mu membuat dirimu mudah lengah."
"Dan itu tidak bagus."
Andrian serta Axell dibuat tungkap kala melihat sosok Zero yang jauh berbeda, sisik Naga bercahaya yang berpendar memenuhi rahang kirinya mulai terlihat, bahkan tanda aneh di atas dahinya perlahan terukir hingga dapat di tangkap oleh sepasang mata. Sungguh, ke-dua pria itu tak dapat mengeluarkan suara sekecil apapun detik sekarang.
Zero memiringkan kepala ketika tidak mendapat respon. "Kenapa? Wajah kalian seperti sedang melihat Hydra sialan saja."
Andrian yang lebih dulu mendapatkan kesadaran segera merentangkan sebelah lengan ke udara hingga menciptakan sihir angin yang bergumul, kala tangan nya terkepal, angin tersebut berubah menjadi anak panah, Andrian hendak meluncurkan sihirnya, tetapi kalah cepat oleh gerakan kilat Zero yang langsung menendang tubuh nya hingga terhempas begitu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...