Bab 30

44.1K 4.2K 10
                                    

Seberkas cahaya menerobos masuk melewati celah-celah jendela, memantulkan sinar kilau kala cahaya mentari bertubrukan bersama cantiknya berlian yang memenuhi seantero kamar, seraya berhadapan bersama kaca bening Anna terus memainkan kelopak bunga tulip yang tadi malam dirinya petik, tercetak begitu jelas sebuah senyuman di wajah gadis itu.

"Sangat cantik."

Lucy serta Riss yang setia berdiri di belakang nya hanya dapat memerhatikan Anna dalam diam, hingga gadis itu berbalik, memberi seulas senyum yang belum memudar, Lucy serta Riss turut melukiskan senyuman.

"Terima kasih atas bantuan kalian." Ujar Anna begitu tulus.

Riss serta Lucy mengangguk singkat, padahal mereka hanya membantu membawakan vas kaca untuk wadah tumbuhan itu, kecuali Riss, dirinya membantu menumbuhkan akar bunga tulip agar bunga nya memekar, karena dirinya berasal dari kaum Fairy, Riss bisa menghidupkan tanaman apa saja.

Anna segera mendudukkan dirinya di ambang jendela, kembali membelakangi Riss serta Lucy, terpaan angin pagi yang begitu kencang membuat surai nya beterbangan, helai demi helai terus melambai-lambai mengikuti arus angin yang perlahan memelan.

"Aku tidak menyangka kau mempunyai kekuatan Riss." Ujar Anna tiba-tiba.

Sungguh, Anna belum tahu-menahu tentang kelebihan kaum yang bernafas di dunia Immortal.

Riss mengerjap kemudian membalas. "Anda tidak tahu yang mulia? Karena saya kaum Fairy kekuatan untuk menumbuhkan tanaman itu sudah lumrah terjadi."

Seketika tubuh Anna menegang, lalu mengukir senyum kaku. "Ma-maaf aku lupa."

Sempat curiga, Riss segera menggeleng, dirinya tidak mungkin langsung berperi-sangka buruk, lagi pula ingatan orang itu berbeda-beda, tapi bila curiga Riss akan menganggap Ratu-nya mahkluk seperti apa? Meskipun keberadaan Anna tidak dapat dirinya rasakan, mungkin Riss akan percaya bila gadis di depannya adalah Wizard cacat, lagipula dirinya belum pernah bertemu dengan seorang Wizard yang tidak di karuniai sihir.

"Sepertinya sekarang sudah waktunya sarapan." Ujar Lucy sembari menepuk tangan.

Riss yang tersadar pun segera membungkuk. "Kami mohon pamit yang mulia, kami akan membawakan makanan untuk anda."

Anna segera menoleh, memandang ke-dua pelayan nya. "Apa aku boleh makan di luar?"

Lucy menggeleng tegas. "Tidak yang mulia, anda tidak di izinkan oleh yang mulia Lord untuk keluar kamar barang sejengkal pun."

Anna menghela nafas panjang, lalu kembali memandang lurus ke depan, sedangkan Lucy serta Riss segera bergegas pergi, ke-dua manik biru Anna memandangi perkotaan Diamond yang masih dibalut kabut pagi yang tipis-tipis terlihat.

Kepala Anna perlahan bersandar pada samping jendela, tatapan yang semula ikut perpendar kini terlihat meredup, perasaan takut serta perasaan lain yang tengah menggerogoti hati nya membuat Anna semakin bimbang.

"Aku benar-benar ingin pulang."

•••

Portal biru dengan pintu besi serta rantai di setiap tepi nya perlahan terbuka, menampilkan dua orang yang berbeda muka, Zero keluar terlebih dahulu di ekori oleh Axell di belakang nya yang mengernyit kala menangkap mentari telah mencuat ke permukaan.

"Apa bedanya kita memakai portal dan kereka kuda?" Axell berujar seraya berkacak pinggang.

"Apa kau buta?" Cerca Zero. "Seharusnya kau bersyukur kita tiba di sini saat pagi masih menyapa, bukan di siang yang sudah rata seolah wilayah ini tidak berpenghuni."

Axell terdiam, lantas mengikuti langkah Zero yang mulai menyusuri perkotaan tanpa bangunan karena telah luluh-lantak akibat sihir, abu-abu beterbangan di udara kala disapu angin lebat, Axell sempat menduga bila abu tersebut bukan berasal dari perumahan yang hangus, tetapi dari kulit-kulit penyihir yang telah habis tertelan api.

DESTINY WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang