Vanica membantingkan tubuh prajurit seusai dirinya serap energi nya, tatapan nya menyapu ke sekitar, memandang para monster yang telah dirinya bangkitkan tengah menyantap makanan nya dengan rakus, darah berceceran di atas permukaan tanah serta tulang-belulang berlumur darah terlihat berserakan di mana-mana.
"Aku terlalu bersenang-senang di sini, sepertinya Vincent telah menyelesaikan tugasnya."
Vanica berjalan seraya mengukir senyum lebar kala menangkap para kaum tengah memohon untuk melepaskan buah hati mereka, rasanya begitu senang membuat orang-orang merasakan kesakitan, dirinya terlihat menikmati setiap jeritan serta wajah para kaum yang penuh dengan penderitaan.
"Teruslah memohon, aku yakin tidak akan ada yang menolong kalian."
"Prajurit yang di kirim kemari begitu lemah, bahkan diriku tidak puas dengan memakan kekuatan mereka." Sambung Vanica seraya mengembangkan senyuman.
Namun tiba-tiba sebuah burung hadir serta terlihat sosok yang tengah menunggangi nya terjun ke bawah hingga mendarat tepat di hadapan Vanica.
"Prajurit lagi?" Gumam Vanica seraya memutar bola mata, sepertinya wanita itu belum menyadari burung seperti apa yang sosok itu bawa.
Seusai mengangkat pandangan, tanpa aba-aba Evan segera melesat seraya menarik pedang nya lalu berhasil menggores perut Vanica hingga menciptakan luka yang menganga lebar.
Srett!
"APA?!" Pekik Vanica terkejut, serangan dari pria di depan nya benar-benar mendadak.
"Kau terlalu bersenang-senang Nona." Evan menjentikkan jari hingga memunculkan bola-bola api di belakang punggung nya, dirinya perlahan berjalan mendekat membuat Vanica memundurkan diri.
"Sialan kau! Tapi goresan dari pedang-mu itu sia-sia!" Vanica langsung mengusap perutnya, seketika luka lebar yang tercipta perlahan merapat lalu amblas.
Evan menatapnya tanpa ekspresi, tak lama dahinya mengerut tipis kala melihat rupa fisik dari wanita di hadapan nya. "Apa kau.. Succubus?"
Vanica tersenyum lebar lalu merentangkan ke-dua lengan nya ke depan. "Benar, seperti dugaan-mu."
Seketika salah satu prajurit yang tengah melawan monster Lamia terdorong seakan ada sihir yang menarik dirinya, tubuh si prajurit langsung terseret hingga berdiri tepat di hadapan Vanica.
Evan hanya diam, melihat apa yang akan wanita itu lakukan.
Vanica meraih leher si prajurit lalu mencekik nya kuat, tak tunggu lama Vanica langsung menyambar benda ranum si prajurit membuat semua orang yang berada di sana membulat sempurna, tetapi tidak berselang lama semuanya dibuat menegang kala melihat kulit si prajurit yang tengah di cekik oleh Vanica menipis hingga membuat tulang-belulang nya terlihat.
Seusai dirasa puas, Vanica segera melepaskan pagutan nya lalu membanting tubuh si prajurit itu asal.
"Nikmat." Ujar Vanica seraya mengusap sudut bibirnya.
"Bagaimana kalau sekarang giliran-mu?" Sambungnya seraya mengalihkan tatapan kepada Evan.
Garis rahang milik pria merah itu tampak mengetat, Evan memasang kuda-kuda sekilas lalu melesat hingga berhasil mendaratkan pukulan keras tepat di atas wajah Vanica sampai-sampai tubuh wanita itu terpental jauh.
DUGH!
Evan sudah tidak peduli bila harga dirinya jatuh karena memukul seorang wanita, amarahnya benar-benar bergejolak hebat hingga dirinya tidak bisa menahan lagi, tanah bekas dirinya melesat tampak retak hingga memunculkan cahaya yang berasal dari sihir api, begitu panas sampai meninggalkan bekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...