"Sampai kapan kau akan menggendong-ku? Benar-benar menjijikkan!"
Lantas Zero segera melepaskan gendongan nya dengan posisi tubuhnya berdiri tegap, membuat Andrian langsung jatuh dengan pantat mencium tanah keras di bawah nya.
"Sial!"
Zero terkekeh pelan, lalu sepasang netra nya memandangi Axell yang tengah beradu sihir tanpa jeda, Zero membawa Andrian ke atas bukit hingga dirinya dapat menangkap seluruh wilayah Earthland yang nyaris rata, tulang-belulang dari para mayat penyihir seakan terlihat seperti cacing yang berserakan bercampur bersama abu tebal.
"Aku tidak menyangka, kau hanya melawan tiga bocah ingusan itu hingga kondisi-mu sekarat." Ujar Zero tiba-tiba membuat Andrian sontak mengangkat pandangan.
"Kau tidak tahu bocah ingusan itu sekuat apa."
Andrian meringis kala tubuhnya secara perlahan bersandar ke depan bebatuan yang terdampar di belakang tubuhnya, luka yang menghiasi belum pulih total, membuat Andrian merasakan tengah berada di ambang kematian.
"Sepertinya sebentar lagi aku akan mati."
Zero berbalik kemudian berjalan mendekat ketika mendengar suara Andrian yang persis seperti sebuah bisikan, lantas Zero berjongkok untuk men-sejajarkan tinggi nya bersama Andrian yang tengah sekarat. "Kau terlalu muda untuk mati apalagi kau belum menikah."
Perlahan Zero mengusap sebelah mata Andrian yang mengalami tusukan dalam, lalu berujar. "Graeae."
Sontak Andrian melotot. "Mereka bertiga adalah Graeae?! Jangan bercanda!"
"Aku mengatakan yang sebenarnya." Ujar Zero seraya menarik lengan nya. "Buka matamu."
Andrian menurut, dirinya segera membuka mata. "Aku bisa melihat?"
"Memangnya siapa yang mengatakan bila kau buta?"
Andrian benar-benar terkejut, tatapan nya terpaku kepada Zero, seolah menilik pria biru itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Aku baru pertama kali bertemu seseorang yang kurang ajar sepertimu, tapi kau sudah menyembuhkan mataku, sebagai ucapan terima kasih, aku tidak akan menghukum-mu."
Zero menaikkan alisnya sebelah. "Aku tidak yakin kau bisa menghukum-ku seusai melihat sebagian kerajaan-mu telah rata apalagi semua prajurit-mu yang sudah menyatu dengan tanah."
Andrian membuang nafasnya berat. "Kau benar, sepertinya setelah ini aku harus memulainya dari awal."
Zero beralih mengusap luka di atas dada Andrian yang masih menganga, lantas menarik lengan pria itu yang termakan urat-urat gelap, Zero mencengkram nya begitu kuat untuk mengalirkan sinar biru yang langsung membalut seluruh lengan Andrian, perlahan melenyapkan urat-urat yang melekat di susul luka-luka lain yang turut menghilang tanpa meninggalkan bekas.
"Ba-bagaimana bisa?!"
Zero tidak mempedulikan keterkejutan Andrian, dirinya beranjak berdiri kemudian kembali memandangi Axell yang air muka nya terlihat tengah menahan sesuatu, Zero dapat menangkap kondisi Axell yang turut sekarat oleh ke-tiga gadis yang dirinya ketahui seorang Graeae.
"Dia menahan sihirnya lagi."
Andrian yang tengah sibuk duduk mengalihkan pandangan nya ke arah punggung tegap Zero, pria biru itu sontak berbalik, mengukir senyum tipis seraya berujar. "Aku akan membalaskan dendam-mu kepada ke-tiga bocah ingusan itu."
•••
Seusai menghindari serangan yang nyaris membuat nyawanya melayang, Axell segera mengatur nafasnya sesaat, tiba-tiba dirinya merasakan sakit yang luar biasa menghantam kuat bagian dadanya. Apa lagi ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...