Vanica perlahan membuka mata lalu memegangi sebelah kepala nya yang terasa sakit, dirinya dengan hati-hati beranjak duduk dari posisi berbaring. "Apa aku sudah berada di surga?" Gumamnya.
"Surga tidak seindah ini Vanica, lagipula aku tidak yakin bila tempat seindah itu dapat menerima dirimu." Sahut pria yang tengah duduk di atas kursi kekuasaan nya.
"Vincent?" Vanica membulat tak percaya.
"Kenapa aku masih hidup?"
"Aku menggunakan sedikit kekuatan Ratu Peri itu untuk menghidupkan-mu."
"Ratu Carlisle?"
"Hmm." Mengambil bola mata yang berada di atas permukaan meja, Vincent segera menyuapi burung peliharaan nya dengan benda kenyal itu.
"Kau terlalu ceroboh saat menjalankan misi-mu, dan aku tidak menyangka bila pria merah itu berada di sana."
"Aku juga, aura pria itu benar-benar menyeramkan." Ujar Vanica kala teringat dengan kejadian di mana Evan memukul telak wajahnya.
"Dia tidak menghargai seorang wanita."
Vincent terkekeh pelan. "Begitulah, bila aku tidak menghidupkan-mu aku yakin kau sudah berada di neraka."
Vincent mulai beranjak dari duduknya, kemudian berjalan mendekat ke arah lemari kaca yang menampung berbagai koleksinya, Vincent mengambil salah satu jantung yang ada di sana lalu menaruh nya di tengah-tengah ruangan.
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Vanica kala melihat pria di depan nya memasang sebuah lilin.
"Kau akan tahu nanti."
Vincent menggigit jari telunjuk nya dengan kuat, tidak lama jari nya mengeluarkan darah hingga menetes keluar, Vincent mengarahkan jari nya ke atas jantung seraya merapalkan sebuah mantra, seketika lilin yang mengitari jantung tersebut menyala, jantung itu perlahan bergerak, lalu membentuk tulang-belulang disusul oleh daging hingga membentuk menjadi seorang wanita yang tengah membungkuk tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh.
"Si-siapa itu?!" Vanica sedikit tidak percaya dengan apa yang di lihat nya, wanita itu kembali memegangi kepala nya yang dihantam rasa nyeuri.
Seusai melemparkan sebuah pakaian serta jubah ke arah wanita ciptaan nya, Vincent kembali mendudukkan diri di atas kursi. "Aku menciptakan sebuah Warlock."
Vanica melotot. "A-apa?!"
"Aku kira jantung itu hanya pajangan saja."
"Tentu saja tidak, aku telah mengirim sembilan Witch ke kerajaan Diamond, namun para lalat itu berhasil mati di telan se-ekor kucing." Vincent mengangkat kakinya ke atas meja lalu pandangan nya beralih kepada wanita yang telah memakai jubah.
"Aku dengar iblis itu sudah memiliki seorang Mate, dan aku ingin kau mengikuti gadis itu kemanapun dia pergi."
"Baik Tuan." Balas wanita itu sembari membungkuk.
"Oh iya, kini mereka tengah berada di kerajaan Neverley." Vincent berjalan mendekat kepada wanita Warlock itu lalu menekan permukaan lehernya menggunakan dua jari.
"Namamu adalah Gennifer, aku mengangkatmu sebagai anak buah-ku, bila kau berani berkhianat, kepalamu akan langsung terlepas." Setelahnya lingkaran berwarna emas langsung muncul di leher Gennifer.
"Cepat pergilah." Perintah Vincent.
Gennifer mengangguk, lalu merentangkan sebelah lengan ke atas, tidak berselang lama dirinya mulai menghilang dengan wujud kabut.
"Dia memiliki kekuatan sepertimu?" Tanya Vanica seusai melihat kepergian Gennifer.
"Ya, tapi kemampuan nya tidak sebesar milik-ku." Kaki Vincent melangkah lebar menuju jendela yang berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...