Waktu bergulir begitu cepat, warna langit silih berganti hingga gemerlap bintang mulai menghiasi bumantara, sungguh seharian ini Anna terkurung ketat di kamar mewah milik nya, hanya memandangi langit serta perkotaan yang belum terjamah oleh nya tanpa ada celah untuk keluar selain di balkon kamar, bila Anna pikirkan lebih detail, dirinya persis seperti hewan ternak, tiap hari yang dirinya lalui hanya makan serta tidur, tidak lebih.
Di atas ranjang Anna tidak berhenti menggulingkan tubuh akibat rasa bosan yang mendera, meskipun sudah berulang kali memejamkan mata rasa kantuk belum menjemput, terlampau bosan Anna langsung menutupi seluruh wajah menggunakan selimut, kala selimut itu terbuka Anna terbelalak mendapati wajah Alaric yang tepat di atas wajahnya dengan jarak begitu dekat.
"WILLI." Anna menjerit membuat Alaric segera beranjak dari atas tubuhnya.
Mulut Anna dibekap sempurna oleh lengan besar Alaric, kemudian pria itu berujar. "Berisik Nana! Rasanya aku ingin menarik lidahmu ketika mendengar teriakan-mu itu."
Bola mata Anna semakin membulat, lantas Alaric menarik lengan nya dari wajah Anna lalu menyilangkan ke-dua lengan nya di bawah kepala sebagai bantalan, Anna memandangi wajah Alaric dari arah samping, lalu menundukkan kepala dengan isi pikiran mulai berkecambuk, bila dirinya berhasil kabur dari pria itu apa hidup Anna akan menjadi lebih baik?
"Nana-ku sangat cantik." Ujar Alaric tiba-tiba seraya memandangi langit kamar yang didominasi oleh berlian berwarna-warni.
Anna mengerjap berulang kali, terdengar seperti pujian sederhana, tetapi perkataan Alaric berhasil membuat jantung nya berdebar, kala pikiran nya hendak berkelana jauh memikirkan hal-hal yang mustahil Anna segera menggeleng cepat, lalu menatap Alaric yang masih tersungging senang. "Apa aku boleh per—"
"Tidak!" Alaric segera menyela.
"Aku belum menyele—"
"Tetap saja tidak!"
"Kau sangat keter—"
"Tidak!"
"Willi aku be—"
"Tidak!"
"Kau—"
"Tidak!"
Tiba-tiba emosi Anna memuncak, dirinya segera menarik selimut nya kasar kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan membelakangi Alaric yang tengah tersenyum, Alaric mencoba menahan tawa agar tidak meledak, lantas bergeser agar lebih dekat bersama Anna, sesuai keinginan nya Alaric segera memeluk Anna begitu kuat, hingga berhasil membuat tubuh Anna menegang seakan menjelma menjadi sebuah batu.
"Lepaskan pelukanmu ini Willi!" Anna berseru kesal, beda halnya dengan keadaan jantung nya saat ini, berpacu begitu cepat bersama kegugupan yang perlahan membungkus.
"Tidak!"
"Aku kesulitan bernafas."
Alaric melonggarkan pelukan nya secara perlahan, kemudian membalikkan tubuh Anna dengan begitu mudah, ke-dua lengan kekarnya menangkup pipi Anna yang terlihat memerah habis, kemudian Alaric berujar penuh penekanan.
"Tetaplah berada di sisi-ku Nana bila kakimu masih ingin utuh."
•••
Tillie serta Talisa mengernyit kala menghabiskan waktu separuh hari melesatkan sihir ke arah Zero yang hanya mengayunkan lengan nya malas untuk menghalau sihir mereka, pria biru itu tidak mendapat luka goresan barang sedikitpun, Talisa yang belum menyerah kembali melesatkan sihir nya namun sihir tersebut tiba-tiba memudar ketika akan menyentuh permukaan jubah Zero, Talisa berujar penuh kebingungan. "Aneh, sebenarnya siapa kau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...