"Astaga! Anda begitu cantik yang mulia." Pekik Lucy ketika usai menghiasi wajah Anna.
"Benarkah?"
"Ya! Tinggal satu hiasan lagi!" Ujar Lucy seraya mengambil sebuah mahkota berwarna biru yang di penuhi oleh sebuah berlian. "Selesai."
Anna dapat menangkap refleksi dirinya dari cermin yang jauh berbeda. "A-apa ini aku?"
"Tentu, anda seperti seorang Dewi."
"Ini berkat dirimu Lucy." Ujar Anna seraya mengukir senyum manis.
Lucy membalas dengan cengiran khasnya, seusai kejadian beberapa hari yang lalu dimana kala Anna melarikan diri seharusnya Lucy sudah menghilang dari dunia ini, namun Anna bersikeras bila dirinya tidak ingin mempunyai pelayan baru, mau tak mau Alaric segera menuruti permintaan Ratu-nya itu.
Anna perlahan beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar kamar. "Ayo kita pergi, aku sudah tidak sabar ingin melihat-lihat isi istana ini."
Lucy lantas mengangguk lalu menyusul Anna yang sudah berjalan lebih dulu.
Dua prajurit yang tengah berjaga di hadapan pintu raksasa terkejut kala menangkap Anna keluar dari pintu tersebut, ke-dua nya terdiam sesaat kemudian segera membungkukkan badan. "Salam yang mulia Ratu."
Anna tersenyum canggung lalu mengangguk singkat, dirinya segera melanjutkan langkah dengan tatapan menyisir seisi istana yang begitu luas, aula-aula yang kerap disebut sebagai Diamond Hall memenuhi setiap samping lorong, tanpa pintu yang menjadi alat masuk, Anna dapat melihat isi aula megah itu dengan begitu jelas, dirinya terus bergumam memuji keindahan istana yang baru pertama kali Anna pandangi, dirinya seperti dilempar ke dalam dongeng, pahatan tiap bangunan terlampau mengagumkan, Anna tidak tahu rangkaian kata apa yang harus dirinya pikirkan untuk mendeskripsikan keindahan istana Diamond.
"Ini benar-benar menakjubkan!" Anna berseru seraya mempercepat langkah.
Lucy yang tertinggal di belakang segera menyusul. "Tunggu saya yang mulia!"
Anna tidak mendengar karena sibuk dengan dunia nya sendiri, begitu senang kala mendapat izin keluar kamar dari Alaric meski hanya membentari seisi kerajaan, para prajurit serta pelayan tampak terkejut mendapati kehadiran Anna yang begitu asing, namun mereka langsung tersadar ketika melihat mahkota yang melekat di atas kepala Anna, otak masing-masing bekerja cepat hingga menyadari bila Anna adalah Mate sang Lord.
Calon Ratu mereka.
Anna memberhentikan sepasang kakinya kala menangkap sebuah pintu yang terukir unik. "Apa aku boleh masuk ke dalam?"
Seusai menyusul Anna, Lucy menghampiri gadis itu lalu berdiri di samping nya seraya mengatur nafas. "Anda mau masuk ke dalam sini yang mulia?"
"Memangnya aku boleh masuk? Bagaimana jika Willi marah?" Ujar Anna yang langsung dibalas gelengan oleh Lucy.
"Yang mulia Lord tidak akan marah, lagipula ini hanya perpustakaan istana."
"Benarkah? Kalau begitu ayo kita masuk!"
Karena tidak ada satupun seorang prajurit yang berjaga, lantas Anna segera mendorong sepasang pintu di hadapan nya sekuat tenaga, namun usahanya sia-sia, pintu itu tidak bergerak sedikitpun, sedangkan Lucy yang berada di samping nya tampak menahan tawa hingga wajah pelayan itu memerah.
"Kenapa kau tertawa? Cepat bantu aku!" Anna memasang wajah kesal.
Tidak mau membuat masalah atau lebih parahnya membuat nyawa berada di ujung tanduk Lucy segera berjalan mendekat, lalu merapalkan sebuah mantra singkat, tidak berselang lama pintu di hadapan mereka berdua terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...