Alaric nyaman memeluk Anna yang sedari tadi menghabiskan waktu untuk membolak-balikan buku, dirinya membuang nafas pelan, Anna menginginkan buku baru, dirinya telah bosan selama berjam-jam membaca buku yang sama, lantas Anna memainkan jari-jemari Alaric yang saling terpaut untuk mengekang tubuh nya, mereka berdua masih terkurung di dalam kamar, Alaric terlalu tenggelam dalam rasa nyaman yang jelas terasa baru serta candu untuk-nya.
"Emm Willi... Aku mau pergi keluar sebentar."
"Tidak! Tetaplah di sini!"
"Hanya sebentar, lagipula aku hanya ingin pergi ke perpustakaan." Ujar Anna memohon.
Alaric menangkap wajah Anna yang begitu lucu hingga dirinya tidak tega untuk menolak. "Baiklah hanya sebentar, aku juga akan mengecek sesuatu dulu."
Ada yang terasa mengganjal, hawa di sekitar istana jelas terasa berbeda, Alaric dapat merasakan nya, lilitan lengan di tubuh Anna perlahan terlepas, gadis itu tersungging senang lalu membawa sepasang kakinya keluar kamar ditemani makhluk mungil yang setia duduk di atas pundak nya.
"Aku akan menyuruh pelayan untuk menemani-mu." Perintah Alaric yang langsung menghentikan langkah Anna.
"Lucy." Seru Anna. "Aku ingin ditemani oleh Lucy."
"Tentu saja oleh pelayan pribadi-mu." Alaric menjetikkan jari, seketika sepasang pintu kamar mulai terbuka menampilkan Lucy yang tengah tersenyum hingga menampakkan jajaran gigi putihnya, namun dirinya segera merubah ekspresi kala sang Lord melempar tatapan tajam.
"Temani Ratu-ku sampai aku kembali." Ujar Alaric yang segera di balas anggukan oleh Lucy.
"Siap yang mulia."
"Ayo! Aku ingin segera ke sana." Anna menarik lengan Lucy untuk segera keluar.
Ketika pintu kamar tertutup sampai melenyapkan wujud Anna, Alaric segera membuka portal lalu masuk ke dalam, dirinya harus memastikan bila ini bukan firasatnya saja, ada yang tidak beres akhir-akhir ini, Alaric merasakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
Kembali kepada Anna, kaki mungilnya terus melaju melewati koridor istana yang begitu megah, berlian terus berkerumun seolah berkedip cantik kala Anna memandangi nya.
"Ini pertama kalinya aku kemari." Ujar Fay yang tidak bisa diam, mahkluk kecil itu terus berkeliaran ke sana-kemari, menilik segala perhiasan yang terpajang.
"Bila Willi mengizinkan-ku untuk keluar setiap hari pasti akan menyenangkan."
"Apa kau menyebut yang mulia Lord dengan sebutan itu?" Tanya Fay penasaran, menurutnya nama panggilan yang Anna berikan begitu lucu.
"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah?"
"Tidak."
Lucy yang berada di belakang mereka hanya tersenyum, namun kakinya langsung berhenti ketika telah sampai didepannya pintu perpustakaan, melihat Anna yang terus berjalan serta membagi cerita bersama Fay tentu membuat dirinya harus meneriakinya. "Yang Muliaaaa!"
Anna segera berbalik lalu berlari kecil ke arah Lucy di ekori oleh Fay di belakang nya, seusai Lucy mengeluarkan mantra Anna segera membuka pintu perpusatakaan serta di iringi obrolan ringan yang mulai terdengar.
Tetapi tanpa semua orang sadari, langkah Anna terus di ikuti oleh bayangan gelap sedari tadi.
•••
Mimosa dapat melihat para pelayan serta prajurit tergeletak di mana-mana, memenuhi permukaan marmer istana, dirinya segera mengambil langkah cepat ke lantai atas, tumbuhan bercahaya yang setia Mimosa kendalikan menjadi satu-satunya penerang agar dirinya mudah melangkahkan kaki, kabut hitam belum memudar, masih terus membelenggu, Mimosa dapat menyadari bila penglihatan nya terus memburam seiring berjalan nya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...