Kau adalah milik-ku.
Sepasang mata Anna yang semula terbuka setengah, langsung melebar sempurna ketika mendengar suara berat dari seseorang, lantas pandangan nya terangkat hingga ke-dua manik biru nya menyatu bersama manik merah pekat milik pria di hadapan nya.
"Siapa... Kau?" Tanya Anna dengan nada lemah.
Sang Lord melonggarkan cengkraman nya di atas dagu Anna hingga terlepas, tanpa mengeluarkan suara, tatapan nya masih belum beralih dari wajah Anna yang terlihat terkejut.
Anna meneguk ludah nya susah payah yang terasa pahit, keheningan perlahan membungkus mereka berdua, tatapan Anna beralih lurus ke depan, dirinya baru menyadari pencahayaan di penjara tidak segelap tadi, namun Anna sungguh menyesal kala dirinya menangkap potongan tangan yang begitu banyak berserakan di atas tanah, tidak sampai disitu, Anna kembali melotot kala melihat potongan kaki yang sudah mengering di atas pagar besi, Anna bergerak tak tenang, tidak berselang lama rasa perih yang berasal dari luka di sekujur tubuh nya datang kembali, membuat Anna tidak kuat untuk menahan nya.
Anna meringis kemudian pelan-pelan bergeser untuk meraih jubah pria dihadapan nya, mencengkram jubah pria itu tanpa rasa ragu sedikit pun.
"Sa... kit." Seusai mengatakan itu tubuh Anna langsung ambruk ke bawah.
Rasa perih serta panas kembali menghantam jantung sang Lord kala melihat tubuh Anna meluruh ke atas tanah, dirinya segera melepaskan jubah miliknya, kemudian membungkus tubuh Anna menggunakan jubah tersebut, kesadaran gadis itu kembali menggelap hingga terenggut seutuh nya.
Sedangkan Evan yang sedari tadi berdiri tegap di ambang pintu hanya mengerjapkan matanya berulang kali, bukan nya sang Lord harus membunuh Anna, tapi kenapa malah melakukan hal yang sebaliknya.
Sang Lord segera berbalik, memandang tajam prajurit yang sempat menyiksa Anna tengah menundukkan pandangan.
Ke-dua kaki milik sang Lord berjalan mendekat ke arah prajurit tersebut, tanpa aba-aba sang Lord langsung menusuk tubuh si prajurit menggunakan sebelah lengan nya, tusukan yang begitu dalam hingga menembus ujung punggung, sontak si prajurit langsung memuntahkan darah segar dari dalam mulut nya hingga mengenai kemeja yang sang Lord kenakan, perlahan sang Lord menarik lengan nya, namun sebelum itu dirinya mengambil sesuatu yang begitu berharga dari tubuh si prajurit yang berasal dari kaum Elf, seusai merampas jantung si prajurit, sang Lord segera menarik lengan nya hingga benar-benar terlepas, membuat tubuh si prajurit ambruk seketika dengan darah berhamburan keluar dari tubuh nya yang telah di lubangi.
Jantung yang berada di atas telapak tangan nya di cengkram kuat oleh sang Lord hingga hancur-lebur kemudian berjatuhan ke atas tanah.
Evan yang melihat nya lantas melipat dahi, kemudian berujar penuh kebingungan. "Bukankah yang salah gadis itu yang mulia?"
Sang Lord tidak menyahut, langkah nya kembali masuk ke dalam penjara, kemudian segera menggendong tubuh Anna, dirinya mengucapkan sebuah mantra hingga menciptakan portal tulang di ruangan bawah tanah tersebut, kakinya hendak masuk, tetapi sebelum mengambil langkah sang Lord berujar tegas, yang perkataan nya mampu membuat Evan serta seluruh prajurit yang berada di sana terkejut.
"Dia adalah Ratu-ku, layani dia seperti kalian melayani-ku."
•••
Matahari sudah menampakkan dirinya, menandakan bahwa malam sudah berakhir hingga harus memulai lembaran baru, seperti salah satu keluarga kecil yang harus memulai hari baru karena kehilangan seseorang yang sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri, Emily serta Elena tidak menduga bila mereka akan kehilangan Anna secepat ini.
"Aku rindu Anna Ibu... " Ujar Emily yang sudah sadar, lebih tepatnya sudah sembuh.
Elena menunduk dalam, manahan sepasang mata yang ingin mengeluarkan cairan bening, kehilangan untuk yang ke-dua kalinya tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam benak Elena. "Sudahlah Emily, kita tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin sekarang Anna sudah... "
Perkataan Elena di sambungkan oleh terjun nya air mata di atas pipi, seusai keributan malam bulan purnama, mereka mendapatkan obat-obatan dari para tabib yang sudah ahli, hingga dalam sekejap tubuh mereka langsung sembuh.
Tapi Elena serta Emily tidak pernah menduga, bila Anna akan mendapatkan hukuman seperti para tahanan yang lain, padahal gadis itu begitu berarti dalam hidup mereka.
"Ayo Emily, kita hidup seperti biasa, sebelum Anna datang ke rumah ini." Ujar Elena penuh ketegaran, dengan dada sesak ditimpa oleh rasa kehilangan.
Emily se-berusaha mungkin menahan dinding kaca dimata nya yang hendak pecah. "Itu sangat berat Ibu."
Elena menggeleng penuh keterpaksaan. "Dia bukan dari bagian kita Emily, mungkin ini sudah takdir."
Emily tidak kuat membalas, seketika dirinya menangis di dalam pelukan Ibu nya yang terasa hangat, padahal Anna begitu baik, dirinya merasakan perasaan tenang kala bersama gadis itu, tetapi takdir berkata lain, kehadiran Anna hanya sementara.
Tidak lama kemudian seorang makhluk kecil datang, terbang ke arah Elena serta Emily sambil berteriak. "Annnaaaaaa..."
"Dimana kau Annaaaaa?" Seru Fay sambil terbang ke sana-kemari untuk mencari seorang gadis yang sudah dirinya anggap sebagai kakak nya sendiri.
"Apa kalian melihat Anna?"
"Kenapa kalian menangis? Apa yang telah terjadi?" Fay mendudukkan diri di atas meja kaca yang letaknya berhadapan bersama Emily dan Elena.
Emily mengusap pipinya kasar, berharap air matanya cepat mengering. "Apa kau tidak tahu? Semalam kau pergi kemana huh?"
"Aku sempat memakan kue buatan Anna, setelah itu aku langsung tertidur, saat membuka mata ternyata ini sudah pagi." Balas Fay dengan wajah polosnya.
"Anna sudah tidak ada." Ujar Elena kemudian.
Fay mengerjapkan mata berulang kali, kemudian tertawa kencang. "Kau sangat lucu. Ayolah jangan bercanda."
"Ibu tidak bercanda Fay!" Bentak Emily dengan suara seraknya sehabis menangis.
Fay menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak mungkin! Bagaimana Anna sampai tidak ada? Apa dia di culik?"
Lantas Emily segera menceritakan semuanya sesuai yang Arthur ceritakan kepada nya tentang kejadian semalam, Fay benar-benar dibuat terkejut, itu tidak mungkin, mustahil bila Anna melakukan hal sekeji itu.
"Jadi sekarang Anna berada di kerajaan utama?" Tanya Fay dengan sepasang mata mulai menciptakan lapisan kaca.
Emily mengangguk lemah. "Mungkin dia sudah tidak ada, mendengar yang mulia Lord tidak pernah memberikan kesempatan ke-dua, seperti nya Anna benar-benar sudah tidak ada."
"Anna masih hidup!" Ujar Fay berteriak, dirinya tidak akan percaya bila Anna sudah tiada.
Emily diam seraya menenggelamkan kesedihan nya didalam pelukan yang Ibu nya berikan.
Fay segera terbang ke arah luar pintu, namun sebelum itu dirinya mengatakan sesuatu. "Aku akan menolong Anna dan membantu nya keluar dari sana!"
Seusai itu, makhluk kecil tersebut benar-benar pergi.
Sedangkan dirumah pohon berlantai dua, Helsa memandang desa di hadapan nya yang sudah kembali seperti sedia kala, tampak damai tanpa kehadiran seseorang yang dirinya benci, karena telah berhasil menyingkirkan seorang gadis yang mengganggu hidup nya, kini Helsa dapat menikmati hari-hari nya dengan tenang.
"Baiklah, gadis cacat itu sudah tidak ada sekarang, jadi aku bisa hidup bahagia bersama Arthur." Ujar Helsa dengan senyuman manis penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...