35. Part Tiga Puluh Lima

46.6K 5K 82
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

35. Trauma

"Setelah diperiksa keseluruhannya, tidak ditemukan penyakit serius ataupun catatan medis lainnya. Tetapi, mungkin nona memiliki trauma? Kejadian seperti tadi bisa terjadi saat nona kambuh, untuk lebih lanjutnya tuan muda bisa membawa nona ke ahli kesehatan jiwa."

Trauma?

Malven menganggukkan kepalanya paham dengan penjelasan dokter, membuka knop pintu lalu ia masuk ke dalam ruangan. Terlihat Jevanya yang tengah terduduk di atas brankar sambil melamun.

Malven tetap diam di tempatnya, mengawasi Jevanya dari pintu dan tidak terlihat tanda-tanda gerak dari gadis itu.

Jevanya seperti mayat hidup, dia terlihat kosong dan begitu parah.

Malven tidak tau gadis yang dijuluki 'ratu iblis bisa menjadi seperti ini, sebenarnya apa yang dialami Jevanya?

Malven melangkah mendekati brankar, mengelus lembut punggung tangan gadis itu. Jevanya sempat tersentak kemudian tatapannya berubah teduh saat melihat Malven, lelaki itu tersenyum lembut ke arah kekasihnya.

"R-regal..." Panggil Jevanya lirih dan langsung memeluk Malven.

Deg!

Malven tertegun begitu mendengar panggilan Jevanya. Regal?

Itu, panggilan dari sepupunya, Numy. Bagaimana bisa sangat kebetulan?

"Malven! Jangan panggil gue gitu!" Koreksi Malven sedikit tidak suka, tetapi ia mengalah demi kondisi Jevanya saat ini. Mengusap belakang punggung gadis itu sehingga membuatnya lebih tenang.

Jevanya terlihat begitu takut, tubuhnya bergetar selama perjalan menuju rumah sakit dan juga meracau tidak jelas. Padahal sebelumnya keadaan Jevanya masih baik-baik saja, bahkan dia sangat senang bermain time zone.

Namun dalam sekejap Jevanya mendadak down, pasti ada sesuatu yang menjadi pemicu kondisinya.

Jujur saja Malven kasihan melihat Jevanya, dia tidak tega melihat gadis yang biasanya angkuh kini terlihat lemah.

Meskipun mereka belum lama bertemu, kehadiran Malven juga masih baru di dalam hidup gadis itu. Namun ia bisa merasakan kerapuhan dari jiwa yang lelah.

Membuat Malven rasanya ingin melindungi Jevanya, dia tidak tau kenapa bisa berpikir demikian. Tapi melihat sisi lain dari gadis itu, seakan menjadi alasan kuat bagi Malven untuk tidak meninggalkan Jevanya.

Lantas bagaimana dengan rencananya?

"I want to go home..."

"Tunggu sembuh, okey?" Jevanya menggeleng tidak mau, "Sekarang, please!"

Malven menghembuskan nafas kasar, "Fine!"

***

"Gimana rencana lo bos?" Tanya Andan menyesap minuman kalengnya, saat ini mereka berdua sedang berada di ruangan Malven. Tentunya dengan si pemilik ruangan yang tengah duduk di kursi kebesarannya, dengan mata tajam yang menatap datar.

"Kasih Oscar peringatan, terakhir kali!" Jawab Malven.

Andan mengangguk paham, namun bukan rencana itu yang menjadi pertanyaannya.

"Okey! Yang itu gue simpan, tapi bos maksudnya rencana lo soal Jevanya. Ratu Astero, our Queen!"

Wajah Malven berubah menjadi lebih datar setelah mendengar ucapan Andan, entah kenapa Malven mulai ragu.

Apa dia sudah mencintai Jevanya?

Namun Malven belum merasakan apapun saat mereka bersama, dia hanya meragukan soal rencana itu.

"Jangan bilang lo berubah pikiran? Lo mulai suka ya sama dia?!" Tuding Andan menatap selidik.

"Tapi gapapa sih bos, mungkin aja mereka emang temenan. Ga bisa lo mengetahui siapa aja pertemanan sepupu lo itu, sekarang jaman udah canggih. Temenan bisa lewat online, sosmed, dan lain-lain. Lo ga sampai sejauh itu kan?" Andan melanjutkan ucapannya, dia juga mulai ragu tentang rencana itu.

Entahlah, mungkin Andan juga sudah sepenuhnya menerima Jevanya sebagai ratu di gangster mereka?

Malven menatap Andan, sedikit setuju dengan opini sahabatnya. Lagipula dia tidak mencampuri kehidupan Numy sampai sana, Malven hanya memastikan lingkungan sepupunya dan pertemanan Numy selama hidup.

"Maybe, soal rencana itu tunda dulu. Fokus sama Oscar, prediksi gue penghianat di dalam sana akan beraksi sebentar lagi. Semuanya siap-siap untuk perang selanjutnya,"

"Siap bos!"

***

Jevanya duduk di teras kolam ikan koi, ikan-ikan itu langsung mendekatinya begitu melihat kehadiran Jevanya. Mulut mereka yang terbuka dan menutup mengambil air— terlihat lucu, Jevanya memasukkan tangannya ke kolam dan menyentuh sisi badan ikan koi.

Anehnya ikan itu tidak pergi, malah datang semakin banyak.

"Kalian tau? Awalnya gue berpikir udah sembuh. Tapi ternyata semuanya ga berubah, penyakit itu masih ada..." Jevanya tersenyum getir sambil berbicara dengan ikan-ikan di kolam.

"Gue mampu lawan semua orang jahat di dunia. Tapi, gue ga bisa melawan trauma gue sendiri..."

"Dan pada akhirnya Regal tau semua itu, dia tau tentang trauma gue."

Angin sore berhembus menerbangkan helaian rambut Jevanya, menghalangi sedikit wajahnya.

Jevanya menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga, memandang lurus dengan tatapan kosong.

"Gue rindu mami, papi... Hidup Numy ga bahagia di sini."

"Tuhan, maaf Numy ngeluh. Lagi..." Jevanya memejamkan matanya seraya mencengkram pinggiran lantai, "Makasih buat kesempatan keduanya ya tuhan, tapi hidup Jevanya terlalu melelahkan." Lanjut gadis itu lirih.

Ting!

Jevanya melirik ke samping, mengambil handphonenya dan membaca notifikasi di pop-up.

Kamu melewatkan jadwal lagi Jeva.

***

FOLLOW IG: @sassswaaa @salsyaawattpad @mlvn_arisaka @jnya_sgard @kevlarwjy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW IG: @sassswaaa @salsyaawattpad @mlvn_arisaka @jnya_sgard @kevlarwjy

The Devil Girl? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang