46. Part Empat Puluh Enam

42.3K 4.6K 413
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

46. Ingatan Yang Terkubur

Friska memasuki kamarnya dengan mata sembab, bahkan masih terdapat sisa air mata yang belum mengering di kedua pipi gadis itu.

Friska terduduk di atas kasur, mengepalkan kedua tangannya erat. "Apa yang udah terjadi selama aku pergi?"

"Ini pasti gara-gara kak Jeva, dia mau rebut semua yang aku punya!" Matanya berkilat tajam, senyum sinis terbit di bibir Friska. "Perebut tetap aja perebut! Nyatanya kak Jeva nggak pernah berubah dan masih pengen ngambil Oscar dari aku,"

"Tapi ngapain ya kak Jeva sama kak Ersa pergi ke Swiss?" Friska jadi mulai bertanya-tanya, pantas saja sejak kemarin dia tidak melihat keberadaan kakak perempuan kembarnya itu.

Ternyata Jevanya memang tidak ada di sini, dan yang membuat Friska kaget Jevanya pergi ke Swiss bersama salah satu inti Oscar.

Ada hubungan apa mereka?

Bukankah keduanya tidak pernah dekat.

"Kalau kak Jeva berhasil deketin kak Ersa, ada kemungkinan dia bakal deketin inti Oscar yang lain. Serakah banget sih, padahal kan kak Jeva udah punya Astero. Aku nggak bakal biarin kakak rebut Oscar, dan kalau perlu Astero juga ada di pihak aku..." Friska tersenyum licik, membayangkan menjadi ratu di kedua gangster besar itu membuat Friska pongah.

Kalau Alkano bisa ia dapatkan, kenapa leader Astero juga tidak bisa?

"Bagaimana kalau Kak Alka dan Kak Malven sekaligus? Dunia aku akan lebih indah dengan dua raja,"

***

Jevanya baru saja sampai dikediaman Sandygard; langsung melangkahkan kakinya menuju kamar, membuka pintu dan menggeret koper ke dalam. Langkahnya tiba-tiba berhenti, Jevanya terkejut dengan sosok yang berbaring di ranjangnya sambil memeluk Laby.

Sontak saja emosinya naik melihat sang anak di peluk sembarangan.

"SIAPA LO?! LEPASIN ANAK GUE ANJING, MAU CABUL YA LO SAMA LABY? HEH KALIAN SEGENDER!!" Jevanya memukuli sosok itu dengan guling dan membuatnya terbangun, "Kris..." Ucap Jevanya dengan tatapan terbodoh.

"Apaan sih Jev? Kenapa gue dipukul!" Kesal Kris, dia baru saja bangun dan langsung mendapatkan serangan. Ah tidak, dia dibangunkan oleh pukulan bertubi-tubi dari Jevanya.

"Ngapain lo di kamar gue?" Tanya Jevanya menarik paksa Laby dari pelukan lelaki itu, lalu turun dari ranjang. "Keluar!" Usir Jevanya.

Kris menggaruk wajahnya, nyawa lelaki itu belum terkumpul sepenuhnya membuat ia tidak mendengarkan ucapan Jevanya.

"Kris keluar!" Sekali lagi Jevanya mengusir, namun tidak ada tanda-tanda dari Kris yang bergerak.

Dengan kesal Jevanya menarik paksa tangan Kris, namun sebelum itu ia meletakkan Laby di atas kopernya terlebih dahulu.

The Devil Girl? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang