28. Part Dua Puluh Delapan

48.1K 5.5K 268
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

28. Penyesalan 2

"Makasih," Ucap Jevanya tulus sembari menyerahkan helm pada pemiliknya.

Malven mengangguk singkat, tangannya terulur untuk merapikan anak rambut Jevanya yang berterbangan nakal dan menutupi mata hazel nya.

Jevanya terpejam menikmati hembusan angin malam, ah atau lebih tepatnya elusan Malven? Tangan besar lelaki itu sudah berpindah ke pipinya, memberikan sentuhan lembut yang menenangkan.

Cup!

Mata Jevanya terbuka sempurna, mematung menatap dagu tajam Malven yang bersentuhan dengan hidungnya. Jevanya menyentuh keningnya, lalu menatap lelaki itu kaku.

"Gue balik," Pamit Malven dengan wajah datarnya menjalankan motor keluar dari pekarangan kediaman Sandygard.

"Sialan! Kening gue udah ga ting-ting..."

***

"Shit!" Umpat Jevanya memasuki rumahnya, wajah gadis itu memerah full bahkan sampai ke telinganya. Dia sangat malu dengan kejadian tadi, ah Jevanya tidak akan sanggup bertemu Malven setelah ini.

Mana wajah Malven seakan tidak memiliki dosa, bisa-bisanya cuma datar kaya triplek; lelaki itu terlihat seperti tidak melakukan apapun. Sial.

"Dari mana lo jam segini baru pulang?" Tanya Kris muncul di bawah tangga.

Jevanya menghentikan langkahnya di depan sang kembaran, "Kerja kelompok." Jawab gadis itu seadanya, memang benar kan seharian ini ia menghabiskan waktu di rumah kembar bersama teman-teman sekelasnya yang lain.

Melihat Kris ingin menyelanya, Jevanya yakin lelaki itu tidak percaya dan berniat menuduhnya yang tidak-tidak; seperti biasa.

Jevanya tersenyum miris, sungguh tidak adakah kepercayaan untuknya? Sedikitpun itu.

"Lo bisa tanya kembar bahkan teman-teman sekelas gue kalau ga percaya."

Kris yang baru ingin bersuara, seketika menelan kembali kata-katanya.

Lelaki itu termangu menatap Jevanya, mata hazel itu seakan mengatakan seberapa lelahnya dia. Kris sebenarnya kasihan, dia tau seperti apa sakitnya kembarannya itu selama ini. Kris sadar, dia melihat sendiri bagaimana Jevanya harus membayar semua perbuatannya pada Friska.

Kris menganggap itu setimpal, walaupun dia merasa caranya kurang tepat.

Tapi untuk sekedar memeluk Jevanya saja dia tidak bisa, jika di tanya apakah ada sedikit rasa sayang dalam hatinya pada sang kembaran. Kris tidak bisa munafik dia menyayangi Jevanya, bahkan sangat sayang dengan kembarannya itu.

The Devil Girl? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang