37. Part Tiga Puluh Tujuh

45.1K 4.7K 28
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

37. Kasus Oscar

Malven menatap jam di ponselnya yang sudah menunjukkan waktu makan siang, lelaki itu menepuk pelan bahu Jevanya— membangunkan gadisnya untuk makan.

Malven tetap mengingatkan dan mengatur jadwal makan Jevanya; sejak gadis itu melupakan makan siangnya.

Sudah tiga tepukan dan tidak ada tanda-tanda Jevanya bergerak, Malven curiga Jevanya tidur dan menarik pelan dagunya.

Benar saja, gadis itu sudah tertidur pulas di bahu Malven sejak tadi. Menghela nafas, Malven pun mengangkat tubuh Jevanya dengan hati-hati agar tidak sampai membangunkan tidurnya.

Kemudian Malven membawa masuk ke dalam kamar pribadinya, dan membaringkan Jevanya di sana.

Dia mengatur suhu ruangan, lalu menaikan selimut sampai batas leher Jevanya.

"Good sleep,"

Setelahnya Malven keluar dan tak lupa menutup pintu, dia kembali ke tempat teman-temannya berada.

"Tidur?" Tanya Raven berbisik.

Malven mengangguk lalu duduk di tempatnya semula.

"Goblok! Ngapain bisik bisik? Orangnya udah di dalam kamar,"

"Goblak, goblok, goblak, goblok aja lo dari tadi! Smart lips," Raven melirik sinis Jendra yang menampilkan raut tidak bersalah, mengangkat kedua bahunya acuh Jendra lanjut memainkan game online di handphonenya.

"Ohh ya bos, prediksi lo soal penghianat di dalam Oscar bener. Sekarang mereka udah mulai lagi, menumbalkan salah satu anggotanya sehingga ketahuan memakai obat-obatan terlarang." Andan menjelaskan laporan yang di dapatnya dari mata-mata utusan Astero.

"Narkoba?"

Malven tersenyum miring mendengar itu, "Dia ga akan berhenti dan ngga bisa di hentikan, sebelum kembali terjadi kesalahpahaman antara Astero dan Oscar."

"Jadi rencana lo gimana?" Tanya Revan serius.

Malven menatap Revan, juga semua anggota inti yang tak lain adalah sahabatnya.

"Lakukan perang kali ini!"

***

"Keluar lo dari Oscar!" Perintah Alkano menatap muak.

Suasana hening, baik inti maupun anggota biasa tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat kemarahan sang leader.

"Maaf bang, g-gue janji bakal berhenti. Tolong jangan keluarin gue dari gengster ini..." Permohonan salah satu anggota yang baru saja Alkano keluarkan beberapa detik yang lalu.

The Devil Girl? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang