5;

2.5K 190 7
                                    

"P'Off kau sangat tampan"

"Kau juga Gunnie"

"Tampan?"

"Tidak, kau sangat cantik dan imut"

Off kecil menarik pipi Gun gemas, yang membuat Gun semakin merenggut kesal

"P'Off tidak asik, aku kan laki-laki seharusnya aku juga tampan seperti p'Off"

Gun bersedekap dada dan memalingkan wajahnya dari Off dan hal itu sukses membuat Off menahan gemas.

"Tapi kau memang sangat cantik Gunnie, lihat rambut panjangmu ini? tidak ada laki-laki yang memanjangkan rambutnya hingga bahu!"

Gun kecil memang memanjangkan rambutnya dan tidak mau memotongnya karena ia ingin seperti mamanya yang mempunyai rambut panjang.

"Kalau kau memotong rambutmu, aku berjanji akan menikahimu saat kita sudah dewasa nanti. bagaimana kau mau?"

Off yang saat itu masih berusia 15 tahun membuat perjanjian yang sebenarnya hanya untuk bermain-main belaka. Ia tak sungguh dengan ucapannya.

"Menikah? seperti mama dan papa?"

Mata Gun semakin berbinar kala mendapat respon anggukan dari bocah didepannya.

"Baiklah, ayo menikah saat dewasa nanti"

Gun menjulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Off yang kini sudah berlutut untuk menyamakan dengan tingginya.

Gun yang saat itu masih terlalu kecil untuk mengerti arti sebenarnya dari menikah hanya mengikuti saja perjanjian Off. Gun hanya melihat mama dan papanya yang setiap hari bisa berpelukan dan saling berciuman dan kata pengasuhnya itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Dan Gun ingin melakukan hal itu bersama Off.

"Aku sangat menyayangi p'Off"

"Aku juga menyayangimu Gunnie"

Gun tersenyum kala memandangi fotonya bersama Off yang saling merangkul saat mereka masih kecil, itu adalah masa-masa paling indah bagi Gun.

"Aku merindukan p'Off, apa dia juga merindukanku?" Gun mengelus foto itu, matanya sedikit menyendu.

Gun melirik arloji di tangannya yang masih menunjukkan pukul 10 pagi. Gun mengembalikan foto tadi ke tempatnya. Lantas segera membereskan barang-barangnya, ia merasa kepalanya sedikit pusing, apa karena tadi pagi ia hanya memakan roti saja? tapi biasanya juga begitu dan ia bisa beraktivitas seperti biasa. Gun keluar ruangannya, berpamitan pada karyawan dan segera bergegas pulang.

Tentu saja ia akan pulang ke rumah mertuanya, Off belum pulang ke Thailand mungkin karena ia masih sibuk? atau benar-benar sudah melupakan Gun? entahlah Gun tidak ingin berburuk sangka.

Gun memasuki rumah yang terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa pelayan di dapur yang mulai sibuk menyiapkan makan siang.

"Bi, dimana mae?" Gun bertanya pada seorang pelayan yang sibuk mengelap meja makan

"Nyonya sedang keluar ke supermarket depan Khun" Gun mengangguk singkat lantas menaiki tangga menuju kamar Off berada.

Ia tak perlu bertanya apa Off sudah pulang atau belum, keadaan rumah yang sepi sudah membuatnya mengerti.

Gun merebahkan tubuhnya yang terasa lelah ke kasur, kepalanya semakin terasa pusing. Ia memilih untuk memejamkan matanya, berusaha menghilangkan rasa pusing yang mendera kepala dan beberapa saat kemudian ia sudah terlelap menyelami mimpi indah.

Complicated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang