Gun berdiri diam dibawah pohon Angsana yang ada di belakang rumahnya, memandangnya dengan tatapan sendu. Gun mengedarkan pandangannya, menatap sekelilingnya yang tidak berubah sama sekali sejak 12 tahun lalu. Semuanya masih terlihat sama persis seperti saat ia meninggalkan rumah itu untuk tinggal di Amerika bersama Papanya dan Chimon. Hanya saja kini pohon dengan bunga kuning itu sudah tumbuh tinggi, mungkin kini ukurannya sudah mencapai 10 meter lebih.
Dan, di tempat ini lah ia dan Off mengucapkan janji konyol mereka untuk menikah. Dan ya ternyata janji itu benar-benar mereka tepati tapi kini hubungan pernikahan mereka sudah hampir usai.
Terlalu naif jika Gun berkata bahwa saat ini ia baik-baik saja. Melihat bagaimana memori kenangannya bersama Off di tempat itu berputar seperti kaset rusak membuat Gun tak bisa membohongi dirinya lagi bahwa ia tidak merindukan seseorang yang masih berstatus sebagai suaminya itu.
Gun masih mencintai Off, sangat. Bahkan perasaannya tak pernah berkurang sedikit pun. Ia tak pernah bisa membenci Off sekalipun suaminya itu sudah banyak menoreh luka di hatinya. Gun tak akan pernah bisa.
Namun situasinya saat ini memaksa Gun untuk melepaskan Off. Karena sebaik-baiknya mencintai adalah dengan melepaskan. Bukankah begitu?
Sebuah elusan lembut Gun rasakan di pipinya, Gun sontak menoleh ke samping untuk melihat siapa orang yang tiba-tiba ada disebelahnya.
Sesaat Gun menoleh, ia hanya bisa terpana bingung dan gemetar. Satu tetes air mata yang sudah ia tahan tiba-tiba lolos menetes membasahi pipi.
"Jika kau tidak ingin melepaskan Off, lalu kenapa kau memaksa dirimu untuk melepaskannya? kenapa kau malah menyiksa dirimu sendiri seperti ini" suara lembut yang sangat Gun rindukan terdengar seperti alunan indah yang menyejukkan.
"Kau sangat menyayangi Off kan? maka pulanglah, kembalilah ke suamimu"
Bibir Gun terasa kelu, ia masih sibuk memandangi wajah seseorang yang masih setia mengelus pipinya lembut.
"Gun, setiap kau menangis kau selalu menyakiti hatiku. Aku selalu berharap kau mengunjungi ku dengan senyuman manismu tapi akhir-akhir ini kenapa kau datang dengan diiringi tangisan?" ucapnya sambil menghapus air mata Gun lalu tangannya bergerak menyelipkan bunga mawar putih ke telinga Gun.
"Kau sangat cantik ketika tersenyum, jadi jangan menangis lagi ya, pamerkan betapa indahnya lesung pipimu itu kepada dunia, nak" lagi-lagi mengelus lembut pipi Gun.
Sebelum Gun sempat menjawab, sosok itu tersenyum indah lalu berpamitan dan pergi dengan langkah cepatnya.
"Mama?" lirih Gun memandangi punggung yang mulai menjauh.
Angin berhembus kencang membawa pergi diri yang beberapa detik lalu mendatanginya, beberapa kelopak bunga Angsana jatuh berguguran mengenai badan Gun dan jatuh ke kelopak tangannya yang terbuka.
Gun menoleh ke kanan dan ke kiri yang tiba-tiba terasa hampa, seolah ada yang hilang dari sana.
"Gun"
Gun menoleh kearah sumber suara, mendapati papanya yang sudah berdiri di sebelahnya.
"Ayo masuk ke rumah, badai akan segera datang" ajak khun Poon
"Pa, aku melihat mama" ucap Gun pelan bahkan suaranya mungkin hilang terbawa angin yang semakin kencang.
"Melihat mama? jangan bercanda Gun" ucap khun Poon lalu merangkul Gun yang badannya terasa semakin ringkih.
"Pa aku benar-benar melihat mama, ia tadi berdiri disini bersamaku, ia bahkan bertanya padaku" kata Gun berusaha meyakinkan khun Poon bahwa yang ia lihat benar-benar mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love [END]
FanfictionMenikah dengan seseorang yang dicintai adalah impian semua orang. begitu pun dengan Gun Atthaphan yang akhirnya bisa menikah dengan Off Jumpol yang sangat ia cintai. Namun kenyataan lain membuatnya terluka, Off tidak mencintai Gun. started: 16 juni...