25;

2K 167 19
                                    

Matahari pagi masih malu-malu menampakkan sinarnya, sementara embun di atas rumput-rumput tampak indah di terpa sinar matahari yang berwarna jingga, menciptakan kilauan bak berlian yang indah. Kicauan burung mulai terdengar menyambut hari yang baru di mulai.

Gun merasakan angin sedikit masuk dari jendela kamar yang terbuka, menciptakan rasa sejuk dan dingin secara bersamaan. Mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya sebelum menoleh kearah kasur sebelahnya dan mendapati Off masih tertidur pulas disana.

Gun mendekatkan dirinya ke arah Off, kini tidak ada lagi guling atau bantal di tengah-tengah mereka. Setidaknya sudah hampir 2 bulan Gun bisa memeluk Off saat tidur.

Gun mengamati wajah Off dari dekat, tangannya bergerak menyentuh wajah Off, hidungnya yang mancung, mata sipit Off yang terpejam membuatnya teringat bahwa setiap Off tersenyum matanya akan hilang dalam artian terpejam. Pipi Off sedikit tirus jika dibandingkan dengan pipi Gun.

Tangan Gun turun ke rahang tegas Off, mengusapnya pelan namun terhenti saat tiba-tiba saja Gun merasakan gelenyar aneh dari perutnya seolah ingin memuntahkan sesuatu. Lantas Gun segera beranjak dari tidurnya, berlari kearah kamar mandi dan berusaha memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel.

hoek hoek

Off yang mendengar suara aneh dari kamar mandi lantas ikut terbangun, melihat sebelahnya yang sudah kosong, matanya beralih melihat pintu kamar mandi yang terbuka. Menyadari bahwa suara tadi berasal dari Gun yang sedang muntah-muntah.

"Gun"

Off menyusul Gun ke dalam kamar mandi, mendapati Gun yang menunduk lemah di wastafel, memijat pelan tengkuk pria mungil itu yang terus memuntahkan cairan bening saja.

"Aku sudah melarang mu untuk meminum kopi, tapi kau tetap saja memaksa. Lihat sekarang akibatnya apa"

"Asam lambungmu pasti naik lagi" lanjut Off

Gun mendongak menatap Off, ia tak berniat membela dirinya karena sungguh kini ia merasa sudah kehilangan tenaganya. Gun menyandarkan badannya yang terasa lemas pada Off. "Tidak enak"

Gun merasakan pahit dari lidahnya, juga rasa aneh yang muncul dari mulutnya karena muntahan tadi.

Off menuntun Gun untuk kembali ke ranjang, mendudukkan suami mungilnya yang tampak pucat.

"Mau aku panggilkan Dokter?" Gun menggeleng, jika Dokter tau keadaan Gun sekarang...yang ada ia akan dimarahi karena sudah melanggar larangan dokter dengan meminum minuman kafein.

"Aku sudah tidak apa-apa" ucap Gun, sedangkan Off hanya diam memperhatikan Gun, sesekali mengelus tangan mungil Gun yang berada di genggamannya.

"Kau jangan ke butik dulu hari ini" larang Off, Gun hanya mengangguk mengiyakan. Lagi pula ia juga tidak ada niatan untuk mengunjungi butik hari ini. Entahlah, padahal biasanya ia selalu semangat untuk bekerja namun tidak untuk hari ini.

"Kau juga jangan ke kantor" rengekan Gun terdengar membuat Off menghela nafasnya

"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku Gun, kau tau itu"

Gun memberenggut, sudah menebak jawaban Off yang akan menolak untuk tidak ke kantor.

"Tapi aku janji akan pulang saat jam makan siang"

Gun yang mendengarnya sontak sedikit mendongakkan kepalanya dan tersenyum, wajah Gun yang tadi terlihat sayu kini menjadi cerah, secerah langit biru.

Complicated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang