32;

1.5K 135 33
                                    

Gun duduk di ruang tamu dengan gelisah, berulang kali melihat jam dinding yang sudah menunjukkan waktu tengah malam. Kembali mengecek ponselnya yang sedari tadi ia genggam, berharap seseorang yang ia tunggu kepulangannya akan menelponnya. Namun nihil, Off bahkan tak mengangkat panggilan dari Gun.

Gun sudah mencoba menghubungi orang-orang terdekat Off yang mungkin tau keberadaan Off namun semuanya memberi respon bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan Off atau sekedar bertemu dengan Off.

Gun dirumah hanya seorang diri, Tay yang awalnya menemani Gun baru saja pergi beberapa jam yang lalu karena harus ke rumah sakit. Sedangkan bibi Fah pulang pada sore hari seperti biasanya.

Gun berdiri dari duduknya, berjalan kearah jendela dan membuka tirai sedikit untuk melihat suasana di luar, berharap mobil Off datang.

Namun lagi-lagi Gun harus menghela nafas kecewa kala tak mendapati tanda-tanda kepulangan dari suaminya. Menanti seseorang yang sangat diharapkan kepulangannya adalah hal yang sangat menjengkelkan. Jujur saja Gun sangat khawatir terhadap keadaan Off. Bagaimana tidak khawatir? Off pergi dalam keadaan diselimuti emosi, Gun hanya takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Off.

Gun kembali duduk di sofa, dengan susah payah menahan rasa kantuknya yang sudah menyerang matanya sedari tadi. Gun tidak tau kapan tepatnya itu terjadi, namun kini ia sudah tertidur dengan posisi duduk dan ponsel yang perlahan terlepas dari genggamannya.

~~~

Pagi-pagi sekali Gun di telpon oleh Oab yang menyuruhnya untuk segera datang ke Butik. Gun sendiri tidak tahu alasan Oab menyuruhnya ke butik pagi-pagi buta, namun kini Gun sudah berada dalam taksi masih dengan piyamanya, melaju cepat menuju butiknya.

Sesampainya di depan butik, Gun segera turun dari taksi. Gun semakin bingung saat mendapati beberapa mobil polisi yang sudah terparkir rapi di depan butiknya. Segera berjalan menghampiri Oab dan Arm yang sedang berbincang dengan seorang polisi.

"Gun, akhirnya kau datang juga" seru Arm ketika melihat kedatangan Gun

"Ada apa ini?" tanyanya bingung

"Khun Gun, kami baru saja mendapat laporan bahwa butik anda dirusak oleh orang yang tidak dikenal" jelas seorang polisi

"Dirusak oleh orang tidak dikenal? maksudnya?" bingung Gun

"Sebaiknya kau melihatnya sendiri ke dalam, Gun" saran Oab menyuruh Gun untuk memasuki butik

Dengan bingung Gun masuk kedalam, terkejut dengan keadaan butik yang sudah berantakan dengan barang-barang yang berserakan. Bahkan sofa yang berada di tengah-tengah ruangan sudah berada di depan kasir dengan posisi terbalik. Belum lagi kaca-kaca etalase baju yang pecah dengan coretan-coretan tidak jelas.

Dengan bergetar Gun terus berjalan menyusuri butik, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Vas-vas bunga dan furniture lainnya sudah tak berbentuk, bahkan baju-baju buatannya sudah bercecer kemana-mana. Gun menutup mulutnya shock, bahkan Gun hampir saja terjatuh jika Oab tak menahan tubuhnya dari belakang.

"K-kenapa bisa jadi seperti ini? siapa yang tega melakukan ini?" Gun bertanya dengan terbata-bata

"Duduklah dulu Gun" Oab membawa Gun untuk duduk dikursi yang baru saja diambilkan Arm

"P'Arm apa kita memiliki musuh?" tanya Gun

Arm menghela nafasnya dan menggeleng lemah, "Aku tidak tahu Gun, tapi aku rasa kita tidak memiliki musuh"

Complicated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang