"Ngapain disini?" tanya Shani ketika mendapati Aran berdiri di depan pintu kamarnya."Aku kira kamu belum bangun jadi aku berniat bangunkan kamu." Aran menarik sudut bibirnya melihat penampilan Shani yang sudah rapi, dres selutut bermotif bunga sangat cocok di tubuh rampingnya."Kamu udah di tunggu di meja makan buat sarapan."
"Udah tau." Shani menutup kembali pintu kamarnya, menatap sekali lagi pada Aran sebelum melangkah meninggalkan kamarnya. Shani berjalan menuruni tangga, sampai pada undakan terakhir tubuhnya berbalik, menghadap Aran yang ternyata mengikutinya dari belakang, "Ngapain masih ngikutin aku?"
"Mau ke meja makan kan? Yaudah bereng."
Shani menggelengkan kepalanya.
"Jangan bilang kamu ikut sarapan satu meja dengan keluarga aku?""Emangnya kenapa?"
"Engga, tempat kamu bukan disana. Lebih baik sekarang kamu pergi ke dapur dan ikut sarapan bersama para pembantu lainya."
"Mereka udah sarapan Shani."
"Yaudah terserah mau sarapan dimana yang penting jangan sampai terlihat olah mata aku. Ingat, kamu bukan siapa siapa di rumah ini." Shani mendelik tajam lalu melanjutkan langkahnya untuk menuju ruangan khusus untuk makan, disana seluruh keluarganya sudah berkumpul bersiap untuk makan.
Aran hanya tersenyum tipis melihat kepergian Shani, tak ingin mengambil resiko dengan merusak mood teman kecilnya Aran melangkah menuju dapur, mungkin ia akan meminta Onil membelikan bubur ayam di taman komplek untuk sarapan.
"Siapa yang baru menikah dan siapa yang bangunannya kesiangan." Veranda menatap putrinya yang baru saja bergabung di meja makan.
"Namanya juga cape Ma," Shani meraih selembar roti dan duduk di samping adiknya, "Zee, minta tolong selei coklatnya dong."
"Kak Aran mana, kok Cici sendiri kesini?" Zee menggeser Nutella ke depan kakak perempuannya.
"Mana aku tau," Shani mengangkat acuh bahunya.
"Bukanya tadi Papa suruh Kak Aran bangunin Cici, harusnya sama Cici dong sekarang."
"Iya Zee, tapi sekarang dia pergi gatau tuh kemana."
"Shani, udah kenalan belum sama istri baru Kakak?"
Gerakan tangan Shani yang sedang mengoles rotinya menunggunakan selai terhenti begitu mendengar suara itu, kepalanya ia dongakan menatap sosok yang duduk tepat bersebrangan denganya, bergantian melirik perempuan yang duduk di sebelah kakaknya. "Yessica Tamara, guru Cleo di sekolah. Aku udah tau." Shani menatap sekilas Chika yang sedang tersenyum kearahnya, tanpa ada niat membalas senyuman itu ia langsung melahap rotinya.
"Tapi kalian belum berkenalan secara langsung kan?" ucap Gito menatap adik dan istrinya bergantian.
"Harus banget?" Shani menatap malas pada Gito meski tau Keynal sedang menatapnya sangat tajam.
"Shani." Veranda bersuara dengan nada menegur, sedangkan Chika hanya tertunduk melihat tatapan Shani yang begitu mengerikan menurutnya.
"Lagian gak harus juga kenalan, kita juga bakalan setiap hari bertemu." Shani melahap sisa rotinya tanpa ingin memperdulikan teguran dari Veranda.
"Setidaknya supaya kalian bisa mengenal lebih jauh, dia kakak ipar kamu loh."
Shani berdiri dan langsung mengulurkan tangannya kearah Chika. "Shani Indira Natio, anak kedua dari pasangan Keynal Natio dan Jessica Veranda Natio." Shani mengangkat satu alisnya karena Chika hanya diam dan menatap ragu ulutan tanganya, "Kenapa, gak mau kenalan sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."