29

1.4K 239 38
                                    

Sejak kehadiran penghuni baru, rumah megah dan mewah milik pasangan Keynal dan Veranda sedikit lebih hidup. Sering kali terdengar gurauan jenaka ketika mereka sedang berkumpul, nampaknya seorang Nyimas Ratu Rafa ini berhasil menghangatkan suasana untuk beberapa minggu terakhir.

Seharusnya Shani senang karena kehadiran Ratu, dengan itu ia tidak perlu merasa kesepian di dalam rumah saat papanya sedang mode protective, apalagi dirinya dan Ratu sangat dekat.

Iya, dulu mereka sangat dekat, namun sekarang keadaannya sudah berubah, Shani justru merasa takut bila dekat dengan Ratu, ia takut akan kembali di bandingkan seperti saat Ratu pertama datang kerumahnya.

Shani merubah posisi baringnya menjadi duduk, tidur lebih awal malah membuatnya terbangun di tengah malam, ah tidak, lebih tepatnya mimpi aneh itu yang membuat Shani terbangun.

"Masa iya aku mimpi Aran selingkuh sama Ratu, sumpah gak jelas banget." Shani menolehkan kepalanya di samping, menatap Aran yang tengah tertidur di lantai samping ranjang. Shani mengamati wajah itu, dengkuran halus menandakan jika pria itu tertidur dengan tenang. Entah sudah berapa bulan Aran tidur di lantai beralas karpet tipis namun sekalipun Shani tak pernah mendengar keluhannya, dengan penuh kerendahan hatinya Aran menerima segala perilaku dan sikapnya.

Shani menghela napas berat, perasaannya mulai bimbang. Shani memperhatikan Aran, mengamati segala prilakunya selama ini, namun belum juga melihat pergerakan Aran atas apa yang ia tuduhkan, apa benar Aran tidak sedang mengincar harta papanya?

Drett drett...

Getaran di atas nakas menyadarkan lamunan singkat Shani. Tanganya terulur untuk mengambil ponsel yang Shani kira miliknya, "Kirain ponselku yang getar, tapi ternyata punya Aran." Shani menatap looksreen ponsel Aran bergambar lukisan abstrak. Sampai saat ini Shani belum juga berhasil membuka ponsel ini, Aran masih memakai password yang Shani sendiri tidak tau berapa pinya.

"Itu ponsel aku kan?"

Shani melirik Aran yang entah sejak kapan sudah terbangun, "Ngga sengaja ke ambil, kirain punyaku." Shani menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya, berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut sampai sebatas dada, ia berharap setelah ini bisa tertidur dengan tenang.

"Ponsel aku masih boba dua sedangkan punya kamu udah tiga, kok bisa ke ambil?" Aran menatap Shani aneh.

"Softcase kita warnanya sama kalau kamu lupa, dan lagipula kamarnya remang-remang."

Aran mengangguk percaya, ia menunduk untuk membuka ponsel yang ternyata ada pesan masuk dari Chika. Perempuan itu mengatakan jika malam ini Gito menjemputnya kerumah setelah pertengkaran mereka beberapa hari lalu yang membuat Chika memilih pulang kerumahnya.

Setelah apa yang terjadi Aran memutuskan untuk berdamai dengan masalalunya, ia membebaskan Chika untuk menghubunginya layaknya teman jika butuh teman cerita dengan syarat perempuan itu juga harus menganggapnya teman bukan mantan, dan Chika menyanggupinya.
Usai membalas beberapa pesan dari Chika, Aran memusatkan perhatiannya pada Shani. Aran menyadari jika Shani masih belum tertidur, perempuan itu justru bergerak kesana kemari yang menandakan tidak bisa tidur.

"Kenapa tadi ke bangun, pengen makan?" Aran menyingkap selimut kemudian berdiri dan duduk di sisi ranjang, "Mau aku bawain makan? Tadi kamu belum sempat makan malam kan?" Aran melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Aran ragu Shani mau makan jam segini mengingat perempuan itu menjaga ketat berat badannya agar tetep ideal.

Shani nyerah, ia benar-benar tidak bisa tidur karena mimpinya tadi, "Menurut kamu Ratu itu orangnya gimana?" entah apa yang merasukinya hingga pertanyaan itu tiba-tiba keluar, yang jelas Shani ingin mendengar langsung bagaimana sosok Ratu di mata Aran.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang