Shani tengah mencari posisi ternyaman untuk tidur, ketika hendak memejamkan matanya suara pintu kamar mandi mengurungkan niatnya. Disana, Shani bisa melihat Aran yang baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan training berwarna putih dan juga kaos polosnya. Rambut Aran terlihat sedikit basah yang menandakan jika pria itu baru selesai kramas, padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Shani tak mengalihkan perhatiannya dari Aran yang terlihat sibuk sendiri, pria itu bahkan tidak meliriknya sama sekali. Aran hanya berlalu di depannya untuk mengambil karpet untuk di gelar di samping ranjang, mengambil satu bantal dan selimut untuk menemaninya tidur di bawah sana. Shani tau, selama ini Aran tidak pernah memintanya berbagi tempat tidur, dan pemandangan seperti ini sudah biasa Shani saksikan. Hanya saja, malam ini terasa begitu hening, suara Aran belum Shani dengar sejak dua jam yang lalu, lebih tepatnya setelah perdebatan mereka di depan kamar Cleo.
Aran yang biasanya crewet memintanya untuk segera tertidur pun tidak lagi Shani dapati, pria itu justru terlihat sibuk dengan dirinya sendiri. Apa Aran tersinggung dengan perkataannya? Tapi kenapa baru sekarang pria itu terlihat marah, kenapa nggak dari dulu padahal ia sudah sering bahkan hampir setiap hari menyinggungnya.
Shani menggeser sedikit tubuhnya ke samping, mengintip Aran yang ternyata sudah memejamkan matanya, tapi Shani tau pria itu sama sekali belum terlelap.
"Botol airnya kosong." Shani memecahkan keheningan, menekan rasa gengsinya ia mencoba menarik perhatian Aran.
"Aran,"
"Hmm."
Shani mendengus saat Aran hanya bergumam mendengar panggilannya, padahal ia memanggil lumayan keras dan tau kalau Aran sama sekali belum terlelap.
"Aran, air dalam botol sudah habis."
"Yaudah."
"Kalau tengah malam aku kebangun terus haus gimana?" Shani melihat Aran mulai membuka matanya, lalu meringis dalam hati menyadari tatapan Aran yang sangat dingin. Sepertinya Aran benar-benar marah karena tuduhanya tadi, atau ada hal lain yang membuat pria itu kesal?
"Terus sekarang kamu mau aku gimana? Turun ke bawah terus ngambil air buat kamu gitu?"
Shani menganggukkan kepalanya.
"Kenapa harus aku?"
Shani menelan sukar ludahnya sendiri, kenapa ia jadi merinding melihat Aran yang sekarang. "Iya, biasanya juga kamu yang rajin ngisi botol kosong di kamar."
"Terus sekarang kenapa ngga kamu aja yang ngisi air nya? Toh yang sering minum juga kamu."
"Jadi kamu ngga mau ngambilin air buat aku?"
Aran menggeleng lalu tersenyum tipis, "Aku cuma orang suruhan Papa kamu, dan aku hanya akan patuh pada perintah beliau, bukan kamu."
"Aran-"
"Kalau kamu beneran butuh air silahkan kamu turun dan ambil airnya, jangan biarin kebiasaan buruk kamu itu menetap selamanya." untuk beberapa saat Aran menatap dalam kedua mata Shani, dan Aran pun tau perempuan itu pasti sangat terkejut karena untuk pertama kalinya ia menolak untuk mengambilkan air. Bukan apa-apa, Aran hanya ingin menyadarkan istrinya itu kalau dirinya ini seorang suami, bukan orang suruhan yang biasa kapan saja di suruh-suruh.
Shani menghela napas panjang ketika melihat Aran malah membalikan badan memungginya. Jujur saja Shani sangat terkejut melihat respon pria itu, Aran berubah menjadi lebih tegas dan tentu saja dingin. Shani tidak suka, ia merasa sangat tidak nyaman di perlakukan seperti ini.
Dengan malas akhirnya Shani mengambil botol kosong itu untuk di bawanya ke dapur, ia yang kerap kali kebangun karena haus tentu saja harus ada air di atas nakas tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."