30

1.6K 245 27
                                    


Pada bagian 30 ini banyak sekali kata-kata kasar dan umpatan, harap untuk tidak meniru, terimakasih!

Tok tok tok...

"Aran, kamu di dalam? Ini Mama, tolong buka pintunya sebentar."

Aran yang semula terlelap perlahan mulai membuka mata mendengar suara bising dari luar kamar. Aran terduduk, ia menatap ke sekeliling kamar yang terlihat begitu sepi, saat melihat jam didinding ternyata sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aran mengusap wajahnya, entah sudah berapa jam ia tertidur di sofa ini.

"Mama, ada apa Mah?" tanya Aran ketika melihat Veranda usai membuka pintu.

"Shani kemana, dia belum pulang sampai sekarang. Kata Onil dia udah izin kamu untuk pergi ke rumah Cindy, tapi pas Papa jemput, Cindy gak ada main sama Shani karena dia sibuk syuting."

"Izin? Aran gak tau Shani kemana dan dia sama sekali gak ada izin. Tadi Aran pulang cepet dan langsung tidur, sebelum tidur juga Shani masih ada di kamar ini." Aran kembali masuk kedalam kamar untuk mencari ponselnya. Aran menelfon Shani, namun nomor istrinya itu juga belum aktif. Aran terduduk resah, ia sama sekali tidak bisa berpikir kemana perginya perempuan itu.

Veranda memperhatikan Aran yang terlihat begitu tidak tenang. Veranda bahkan baru sadar jika Aran masih mengenakan pakaian kerja pagi tadi.

"Udah, kamu jangan panik, Papa sama Onil lagi cari Shani. Anak itu emang gak bisa di biarin sendirian, selalu aja bikin ulah."

"Maafin Aran Mah, lagi-lagi Aran kecolongan."

Veranda menghela napas kemudian menggeleng, "Kamu jangan merasa bersalah, ini bukan salah kamu. Sekarang kamu turun makan malam ya, perut kamu juga perlu di isi."

"Aran keluar cari Shani," Aran mengantongi ponsel lalu beranjak dari tempatnya, "Aran akan cari Shani, Aran akan bawa Shani pulang kerumah." Aran menatap Veranda, lewat tatapan itu Aran ingin menunjukkan bahwa ia yang akan bertanggung jawab atas kepulangan Shani.

Veranda mencekal pergelangan tangan Aran sebelum menantunya itu berlalu, "Makan dulu Aran, lagian udah ada Papa sama Onil yang nyari."

Aran menatap Veranda sekilas lalu melepas cekalan tanganya, ia menggeleng lirih, "Gimana Aran bisa makan kalau Aran gak tau keadaan Shani di luar. Papa udah percayai Aran buat jaga Shani, dan Aran pun juga sudah berjanji akan selalu jaga Shani, tapi apa yang terjadi sekarang, Aran bahkan gak tau dimana Shani saat ini."

Veranda memejamkan matanya sejenak, perempuan dangan usia yang bisa di katakan tidak lagi muda itu tidak memiliki kesempatan untuk menahan, pada akhirnya Veranda pasrah dan membiarkan Aran pergi dalam keadaan kurang baik. Veranda tau kondisi putranya itu juga kurang sehat.

Aran mengendarai mobil dengan kedua telinga tersumpal earphone. Aran tengah menghubungi semua orang yang Aran kira bisa membantunya untuk menemukan keberadaan Shani saat ini, tak terkecuali Cindy dan Sisca yang Aran mintai bantuan.

"Shani bilang tadi mau ketemuan sama temennya yang dari Bali, kalau gak salah namanya itu Fenie, dia juga sempat komen di postingan ig Shani."

Kekhawatiran Aran semakin menjadi usai menerima jawaban dari Sisca. Fenie ada di jakarta, teman lamanya itu kembali menampakkan diri tanpa tau apa maksudnya, dan sekarang tanpa pikir panjang Shani malah datang menemui, bahkan setelah apa yang pernah terjadi.

"Boss, titik Non Shani ada di Glory club Sejak 20 menit lalu setelah sebelumnya ada di kafe Senjaku "

Febriolla Sinambela, perempuan muda 20 tahun yang akrab di sapa Olla itu mengirim pesan yang berisi pemberitahuan. Olla adalah salah satu karyawan perusahaan yang selalu memanggil Aran boss baik di jam kerja maupun di luar jam kerja, Olla adalah hacker muda berprestasi yang sudah Aran anggap sebagai adiknya, Olla masuk perusahaan juga karena Aran yang menariknya masuk, intinya Aran sangat percaya pada perempuan itu.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang