Tok tok tok..."Masuk aja Bi, pintunya ga di kunci." sahut Shani dari dalam kamar, tapi setelahnya ia heran karena yang terlihat adalah Ratu, bukan pelayan di rumah yang tadi sempat ia minta membawakan buah ke kamanya, "Kenapa?"
"Aku mau nganterin buah Ci." Ratu menaruh buah potong diatas meja depan Shani.
"Makasih ya," Shani tersenyum tipis, mungkin di bawah pelayan sedang sibuk jadi tidak sempat mengantar buah untuknya. Merasa Ratu tidak juga beranjak Shani mendongak untuk menatapnya, kerutan tampak jelas di keningnya melihat Ratu yang hanya diam di tempatnya, dari wajahnya terlebih sedang berpikir keras, "Ratu, kamu gapapa?'
"Ci, boleh aku bicara sebentar sama Cici?"
Shani tidak langsung memberi jawaban, ia mengamati lebih dulu ekspresi wajah sepupunya yang tidak mampu menyembunyikan keraguanya, sebenernya apa yang ingin Ratu obrolkan, kenapa perasaanya mendadak merasa takut?!
Ratu mengambil tempat di sebelah Shani setelah menerima persetujuan.
"Sebelumnya aku mau minta maaf sama Ci Shani, maaf karena aku gak sengaja denger obrolan Cici sama Kak Aran."
"Obrolan yang mana?'
"Perjanjian perceraian."
Helaan napas panjang terdengar dari Shani, entah apa yang perempuan itu rasakan tapi yang jelas Shani terlihat jauh dari kata baik.
"Aku tau aku gak berhak buat ngatur kehidupan Cici, tapi melihat bagaimana Ci Shani selama sebulan belakang ini aku merasa kalau sebenarnya Ci Shani mulai sayang sama Kak Aran, Ci Shani gak mungkin sanggup kehilangan mereka kan?"
"Terus aku harus gimana? Aku gak mungkin batalin perjanjian itu Ratu."
"Kak Aran sayang sekali sama Ci Shani, dan aku yakin selama ini Kak Aran berusaha untuk merubah keputusan Cici."
"Tapi buktinya Aran gak pernah mengungkapkan untuk batalin perjanjian itu."
"Kak Aran melakukannya tapi mungkin Ci Shani yang tidak menyadarinya." Ratu meraih tangan cicinya dan menggenggamnya "Masih ada waktu untuk memperbaikinya Ci, kalau Kak Aran ngga ngambil langkah kenapa ngga Cici yang coba bicara? Aku yakin Kak Aran gak akan pernah bisa menolak permintaan Cici, aku mohon Ci, lakukanlah demi bayi dalam kandungan Ci Shani."
Shani membuang pandangan kearah lain, tidak sanggup lebih lama lagi beradu tatapan dengan Ratu. Helaan napasnya kembali terdengar, tapi kali ini jauh lebih berat dari sebelumnya.
"Aku minta Ci Shani untuk pikirin lagi ya, aku pamit keluar dulu."
Bahkan setelah Ratu menghilang dari kamarnya Shani masih belum tau harus melakukan apa, tapi dukungan yang Ratu berikan perlahan mulai membuka sedikit keberaniannya. Sebenernya bukan hanya Ratu yang meminta untuk membatalkan perjanjian itu, kedua sahabat pun turut andil mendukungnya untuk melanjutkan pernikahan.
"Mami kamu disini Chik?" Aran menghentikan mobilnya di depan hotel yang Chika maksud, setelah mengantar Cleo Aran menawarkan tumpangan untuk mengantar mantan kekasih itu ke hotel untuk menemui maminya.
"Mami bilang udah di restonya," Chika melepas sealbelt dan menatap Aran, "Makasih ya Ran udah mau nganterin, soal uang kamu-"
"Gapapa ga usah di pikirin, yang penting mami kamu baik-baik aja."
Chika mengangguk dan tersenyum, ia akan berusaha untuk mencicil uang yang pernah Aran pinjamkan untuk melunasi hutang maminya.
Aran membiarkan Chika turun dari mobil dan masuk kedalam hotel, senyumnya langsung merekah ketika menerima satu notif pesan dari istrinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/314208176-288-k835926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."