13

1.3K 187 41
                                    

Shani merasa ada yang aneh ketika ia terbangun dan mendapati Aran tergeletak di lantai bawah samping ranjang, lebih tepatnya pria itu memilih tertidur di lantai hanya beralaskan karpet tipis ketimbang di ranjang yang sama dengannya.

Shani tau dirinya masih belum bisa menerima kehadiran Aran sebagai suaminya bahkan mungkin tidak akan pernah bisa, namun berbagi tempat tidur sudah menjadi keputusan Papanya yang mana seharusnya Aran mematuhinya, lalu sekarang apa? Pria itu justru abai dan memilih tidur di bawah. Jika tau akan begini lebih baik sekalian saja Aran tidur di luar.

Berbagai macam pikiran mulai memenuhi isi kepala, salah satunya berpikir apakah Aran sengaja menghindarinya atau Aran tidak sudi terlelap di sampingnya?

Pikiran bodoh itu akhirnya membuat Shani merutuki dirinya sendiri, mana mungkin ada yang tidak sudi tidur denganya, apalagi pria asal jebolan panti asuhan seperti Aran. Menyebalkan.

"Sok banget jadi orang, lihat saja, selamanya kamu akan tidur di lantai dingin itu." dangan sengaja Shani menginjak telapak tangan Aran dan segera berlalu masuk kedalam kamar mandi, pura-pura tidak sengaja dan tuli mendengar teriakan Aran yang mungkin saja terkejut dengan tingkahnya.

"Aww, sakit banget." Aran beringsur dari baringnya dan duduk bersandar pada pinggiran ranjang, tanganya bergerak gerak menahan sakit. Entah benda apa yang menjauhinya tadi.
Namun ketika tidak mendapati siapapun di kamar ini ia bisa menduga jika Shani lah pelakunya, tidak mungkin tikus ataupun hewan buas lainya. Satu-satunya yang buas di kamar ini hanyalah Shani, dan terpantau sampai detik ini gadis itu masih menyimpan dendam padanya.

"Shan, kamu di kamar mandi?" Aran mengeraskan suara, memastikan jika kamar mandi itu memang sudah di tempati.

"Kenapa? Kalau mau mandi sana di luar banyak kamar mandi kosong." balas Shani tak kalah kerasnya, lebih tepatnya sebagi pengusiran agar Aran pergi dari kamarnya.

Ada yang bilang jika mandinya seorang perempuan itu memerlukan waktu setidaknya 30 menit, entah ritual apa saja yang di lakukan oleh kaum itu, dan Aran memutuskan untuk tidak menunggu. Aran pergi ke kamar lamanya untuk mandi disana, dan semoga disana masih ada sisa baju yang bisa ia kenakan untuk bekerja.

Hari ini Aran berencana untuk menemani Shani mencari ponsel baru sebelum berangkat ke kantornya sesuai dengan perintah Keynal. Dan ternyata menemani Shani memilih ponsel tidak selama yang ia bayangkan sebelumnya. Shani mengambil ponsel dengan logo buah apel di gigit keluaran terbaru, atau biasa anak muda menyebutnya hape Boba.

"Anterin aku ke Senopati, aku mau kerumah Cindy temen aku." ucap Shani ketika Aran mulai menjalankan mobilnya keluar dari bassemen pusat perbelanjaan. Sebisa mungkin Shani akan menata moodnya agat terkendali, untuk kali ini saja ia ingin berbahagia meski hanya berkumpul dengan kedua sahabatnya.

Aran melirik sekilas kearah Shani, perempuan itu tampak sedang di sibukkan dengan ponsel barunya, menginstal beberapa aplikasi sampai memasukan nomor teman-temanya yang dia inget. Aran tersenyum, ia senang karena untuk pertama kalinya Shani mau menerima barang pemberiannya, meski sebelumnya Shani mengucapkam kalimat yang cukup menyebalkan seperti ini 'Mau kamu yang bayar atau pun Papa itu sama aja, uang kamu itu uang dari Papa, jadi tetap aja ini yang belikan Papa, bukan kamu.'

"Nomor aku udah kamu masukin?"

Shani melirik sekilas pada Aran lalu kembali fulus pada ponselnya, "Gak penting, ngapain juga aku harus masukin."

"Emang kamu gak butuh aku? Kalau kamu kerumah temen kamu siapa nanti yang jemput kamu kalau buka aku?" Aran menambah laju mobilnya, khawatir kalau pelan ia akan terlambat masuk kantor karena harus mengantar Shani lebih dulu kerumah temanya.

"Ribet banget, tinggal minta jemput Pak Akim aja. Atau kalau kamu lupa sekarang kan udah ada taxi online, hidup mudah itu jangan di buat sulit."

Aran memilih mengangguk dan mengiyakan saja. Tak berselang lama mobilnya sudah sampai di tempat tujuan, mengikuti arahan Shani untuk sampai di rumah temenya itu. Dan ternyata di depan teras sana sudah ada dua orang yang menunggu, satu berambut panjang kecoklatan dan satunya lagi berambut panjang pirang.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang