3

1.5K 219 35
                                    

Tidak ada yang lebih menenangkan dari ini, duduk di tepi pantai untuk menikmati merdu deburnya. Sendiri di malam hari, bertemankan semilir angin yang turut serta ingin menghibur.

Aran tidak tahu kapan terakhir kali ia bisa bersantai seperti ini, selama ini harinya selalu di habiskan untuk kesibukannya mengurus perusahaan. Di percayai untuk memegang perusahaan besar memang tidak mudah, ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk tidak membuat Keynal kecewa.

"Aku cari cari kamu ternyata kamu masih disini."

Aran terkesiap mendengar suara itu yang membuat tubuhnya reflek hendak berdiri namun di tahan oleh Keynal yang sudah berdiri di samping tubuhnya "Gapapa, duduk aja Ran."

Aran mengangguk dan kembali duduk di kursi yang sebelumnya di jadikan tempat makan malam keluarga Natio. "Apa ada masalah Om, kenapa Om Keynal tidak menghubungi aku langsung."

"Saya hanya ingin mengobrol sama kamu." Keynal mengambil tempat di depan Aran, hanya meja yang menjadi pemisah di antara keduanya. "Apa kedatangan saya menganggu waktu kamu Ran?"

Aran menggeleng cepat, "Sama sekali tidak Om." ucapnya seraya tersenyum.

Keynal mengangguk, pandangannya beralih menatap hamparan pantai yang memantulkan cahaya rembulan, "Saya mendengar dari Gito bahwa siang tadi Shani bermain bersama seorang pria, dan itu tanpa kamu."
Keynal membuang napas Sebelum kembali memandang pada Aran, "Aran, apa kamu tidak ingin memikirkan kembali tawaran saya?" sorot matanya terlihat penuh harap. Semakin hari usianya semakin bertambah, ada kekhawatiran tersendiri di hati Keynal prihal putrinya, Keynal takut kematian lebih dulu merenggutnya sebelum ia memastikan putri satu satunya itu berada di tangan pria yang tepat. Untuk saat ini, hanya Aran yang bisa ia percaya.

"Shani punya pilihannya sendiri, Om Keynal jangan khawatir Shani akan menikah dengan orang yang salah karena aku sendiri yang akan memastikan seperti apa suami Shani kelak." Aran membalas tatapan Keynal dengan senyuman. Menurutnya keputusannya sudah sebaik baiknya keputusan, meski banyak yang mengatakan bodoh.

"Saya pegang omongan kamu Aran. Tolong jaga Shani sampai dia menemukan pria yang bisa sebaik kamu untuk menjaganya."

"Pasti, Om Keynal jangan khawatir."

Keynal mengangguk samar, banyak sekali harapan yang tengah bersarang namun salah satunya terpaksa harus ia urungkan. Aran sudah menolak, dan Keynal menghargai keputusan itu.

Obrolan mereka berlanjut, meski tidak sedang bekerja obrolan mereka tak jauh dari hal yang membicarakan pekerjaan. Keynal selalu merasa nyaman tiap kali membahas sesuatu dengan Aran, apapun itu Aran selalu berusaha mengimbangi pembahasanya. Namun sayangnya, seruan Veranda mengakhiri obrolan mereka malam ini, hari yang semakin malam membuat wanita paruh baya itu khawatir jika suaminya akan masuk angin.

Aran kembali duduk sendiri, tidak ada niatan untuk beranjak meski dinginnya angin memaksanya untuk segara masuk kedalam Vila. Sampai beberapa saat kantuk mulai menyerang hingga mau tak mau Aran harus beranjak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Belum lagi besok harus menghadapi Shani dengan tingkah ajaibnya.

Vila sudah dalam keadaan gelap begitu Aran masuk, nampaknya semua penghuni sudah terlelap tidur. Langkahnya tidak langsung menuju kamar melainkan bergerak menuju dapur untuk menghilangkan rasa hausnya.

"Aran."

Aran cukup terkejut begitu sampai disana ternyata ada Chika, perempuan itu terlihat sedang memasak air.

"Kamu belum tidur?" Aran berjalan kearah kulkas, mengambil satu botol air untuk segara melepas dahaganya.

"Aku ngga bisa tidur, kamu sendiri darimana kok baru kembali?"

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang