"Saya terima nikah dan kawinnya Yessica Tamara binti Pucco Hartanto dengan maskawin tersebut di bayar tunai."
"Bagaimana para saksi? Sah ya!"
"SAHH."
"Alhamdulillah,"
Brak...
Sesi doa untuk pengantin terjeda lantaran bunyi keras dari pintu yang di buka kasar, semua pasang mata kini menatap pada pintu utama dimana seorang gadis berdiri dengan membawa satu koper besar di tanganya.
Bapak penghulu yang sempat menengok kebelakang langsung menundukkan pandangan ketika sadar akan penampilan gadis itu yang cukup terbuka, mulutnya tak henti bergumam istighfar ketika tadi tak sengaja melihat paha mulus gadis itu.
"Shani?" sang pengantin pria menatap terkejut pada gadis yang berdiri di ambang pintu, lalu melirik pada ayahnya yang tak kalah terkejut darinya.
"Keren banget nikah gak ngabarin."
Shani melepas kacamata hitamnya, rambut hitam panjang ia biarkan terurai tertiup angin. Shani membalas tatapan sang ayah dengan senyum tipis, berjalan masuk dengan menyeret koper di tangannya. Matanya tak berhenti bergerak mengitari isi rumahnya yang kini di dekor dengan sangat mewah.Shani sadar kepulangannya yang tiba-tiba tak hanya menimbulkan keterkejutan bagi semua orang tapi juga tanda tanya besar, terlihat jelas dari raut wajah mereka yang seperti bertanya tanya.
"Kenapa mendadak diam? Lanjutin aja acaranya, aku gak akan ganggu kok." Shani menatap mereka semua yang masih diam menatapnya, tak mau ambil pusing ia kembali melanjutkan langkahnya. Rasa lelah sehabis perjalanan jauh membuat Shani ingin segara ke kamarnya dan beristirahat disana, masa bodoh dengan rangkain acara yang sedang terjadi di rumahnya, toh dirinya juga tidak di libatkan.
"Shani tunggu," Keynal bergerak cepat menahan tangan sang anak yang ingin menaiki tangga, "Kenapa kamu pulang gak ngabarin Papa, Papa bisa jemput kamu di bandara."
"Sengaja buat surprise, eeh tapi malah aku yang di surprise. Selamat untuk menantu barunya ya Pah," Shani tersenyum manis pada Keynal sebelum meninggalkan Keynal yang mungkin mendesah lelah karena sikapnya.
Keynal kembali duduk di tempatnya di samping sang istri yang menatap khawatir padanya. Keynal tersenyum lalu mengintruksi bapak penghulu untuk kembali melanjutkan doa yang sempat tertunda karena kepulangan Shani yang cukup mengejutkan bagi semua orang. Tak terkecuali Gito, sebagai seorang kakak ia merasa bersalah karena menikah tanpa memberitahu Shani yang merupakan adiknya.
"Selain makin cantik, dia juga makin ngeri ya Ran," Onil menatap wajah Aran yang masih menatap pada undakan tangga tempat dimana Shani berlalu. Aran dan Shani sangat dekat, tidak mungkin Aran tidak merindukan gadis cantik itu, pasti Aran sangat merindukan Shani. Teman masa kecilnya.
Aran hanya mengangguk singkat, menyetujui apa yang barusan terucap dari mulut sahabatnya. Aran mengakui jika kedewasaan Shani menambah paras pesonanya,
namun ia juga tidak mengelak bahwa Shani juga terlihat semakin galak, terlihat jelas dari matanya yang menyorot dingin ketika masuk kedalam rumah ini."Kangen banget ya Ran, sampai gak kedip gitu menatapnya."
Godaan Aran membuat Aran tersadar dan langung berdehem, Aran mengalihkan pandangannya pada Onil yang tersenyum semakin lebar padanya.
"Jangan salting gitu dong, lihat noh Chika lihatin lo Mulu."
"Aku keluar dulu deh, mau mastiin di luar baik-baik aja." Aran beranjak dari duduknya untuk melangkah keluar rumah, selain tak ingin mendengar godaan Onil ia juga risih dengan tatapan Chika padanya.
Veranda dan Keynal pergi untuk menemui Shani setelah acara ijab kabul berjalan dengan lancar, dan akan di lanjutkan acara resepsi yang juga akan di gelar di tempat yang sama. Rumah ini sangatlah luas, dekorasi yang terpasang pun memperlihatkan seberapa megah acara ini di buat, tidak jauh berbeda seperti acara pernikahan yang di gelar di hotel berbintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."