7

1.4K 182 14
                                    

Di atas balkon rumah, Keynal, Veranda dan Gito berdiri. Memandang lurus pada Shani yang sejak sore tadi duduk seorang diri di kursi panjang samping kolam. Tak ada satupun dari mereka yang berani bertanya setelah Shani pulang dengan deraian air mata, dalam rangkulan Aran putri mereka itu terlihat begitu kacau, tanpa tau apa sebabnya.

"Sebenernya apa yang terjadi sama Shani, Mama khawatir Shani kenapa-kenapa Pah." Veranda mengungkap kekhawatiran, hampir lima jam ia melihat putrinya masih betah dengan posisinya. Masalah apa yang membuat keadaan Shani sekacau ini?

Keynal merangkul bahu sang istri, "Papa juga gak tau Shani kenapa, Aran juga belum bilang apapun sama Papa." Keynal membuang pandangannya kearah lain, napasnya berembus lirih bersamaan dengan angin yang bertiup cukup kencang menerpa tubuhnya.

"Melihat Shani seperti ini aku jadi ingat dulu saat pertama kalinya Shani putus dengan Gracio." Gito memandang jauh pada Shani yang kini beralih duduk di pinggiran kolam, kaki gadis itu di biarkan basah tenggelam dalam air. "Shani sangat mencintai Gracio, tidak ada kesedihan besar bagi Shani selain kehilangan pria itu."

Dangan dahi mengerut Keynal dan Veranda menatap Gito, "Apa maksudnya, bukankah Gracio sudah pergi jauh, kita bahkan tidak tau apakah dia masih berada di Indonesia atau tidak." ucap Keynal.

"Memang benar, Gracio sudah bertahun tahun menghilang, tapi bukan berarti dia tidak akan kembali." Gito membalas tatapan Keynal, "Dunia tidak seluas itu, kita tidak akan pernah tau pada belahan bumi mana mereka akan kembali di pertemukan."

"Terus kenapa Shani sedih, bukanlah dia harusnya senang bertemu dengan Gracio? Bahkan kalau dia mau dia bisa kembali bersama Gracio dan menyembunyikan statusnya."

"Alasan aku memisahkan mereka karena perilakunya yang tidak baik. Apa menurut Mama Gracio akan diam dan larut dalam kebodohan sama seperti yang Shani lakukan selama ini?" Gito tersenyum tipis lalu menggelengkam kepala, "Dia tidak akan betah sendiri, dia akan pergi dan berkelana mencari pengganti."

Keynal melepas rangkulannya di bahu Veranda dan segara beranjak dari tempatnya. Langkahnya bergerak cepat menghampiri Aran yang sedang berdiri tak jauh dari kolam. Keynal tau sedari tadi Aran memantau Shani dari jauh.

"Kamu sudah terlalu lama berdiri, istirahatlah."

Aran menolehkan kepalanya ke samping saat seruan itu menyapa telinganya. Aran menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa meninggalkan Shani sendirian Om."

"Ran, bilang sama saya apa yang sebenarnya terjadi sama Shani?" Keynal menatap serius wajah samping Aran, sedangkan pria itu malah memusatkan pandangan pada Shani.

"Shani tidak kenapa-kenapa Om, dia hanya butuh waktu untuk tenang."

"Aran, "

"Maaf Om, Shani melarang aku untuk mem-"

"Ini kali pertamanya kamu tidak bisa jujur sama saya, Oke, saya akan berusaha untuk mengerti."

Aran memejamkan matanya menahan rasa bersalahnya, Aran tidak bermaksud untuk menyembunyikan hanya saja ia tidak bisa mengingkari janjinya pada Shani. Untuk pertama kalinya Shani menatapnya dengan penuh permohonan.

"Sudah sangat malam Om, sebaiknya Om istirahat. Aku akan berusaha bujuk Shani untuk ke kamarnya."

"Jaga Shani baik-baik Ran, Om percaya sama kamu."

Aran tersenyum tipis seraya mengangguk, tanpa di minta pun ia pasti akan menjaga Shani. Selepas kepergian Keynal, Aran mulai menggerakkan kakinya, berjalan perlahan mendekati Shani yang masih tak bergeming di tempatnya. Apa Shani tidak merasakan dinginya udara malam, belum lagi bajunya yang tidak menutup penuh seluruh tubuhnya.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang