42

1.6K 274 42
                                    

"Kenapa di luar Sayang, dingin loh ini."

Lamunan Shani terbuyarkan oleh suara halus Veranda yang menyusulnya ke balkon kamar dengan nampan berisikan makan malam.

"Lagi mikirin apa?"

Shani menatap Mamanya, menggeleng kemudian kembali menatap pemandangan langit malam dari balkon kamar, terang rembulan di tengah gemerlapnya bintang tampak begitu indah tapi tidak dengan suasana hatinya. Sepulang dari rumah sakit keadaan hatinya tak kunjung membaik, apalagi setelah Aran memarahinya dengan suara yang di tinggikan pria itu sudah tidak lagi terlihat oleh matanya, sama sekali tidak memperdulikan perasaannya.

"Makan malam dulu ya, kamu gak boleh telat makan, kasihan baby-nya nanti kelaparan."

"Gak ada menu lain selain sayur SOP?" Shani menatap mamanya setelah sebelumnya melirik isi dari mangkuk diatas meja, ternyata makanan di rumah tidak jauh berbeda dari makanan di rumah sakit, "Sampai kapan aku harus makan makanan kayak gini?"

"Sabar dulu ya nanti ada waktunya kamu bebas makan apa yang kamu mau." Veranda tersenyum hangat melihat Shani tidak lagi mengeluarkan protesan, Shani juga terlihat mulai menikmati makan malam yang ia bawakan, "Gimana sayang, enak?" tak ada jawaban, tapi anggukan kecil dari Shani membuat Veranda yakin Shani menyukai.

"Sayur sop itu manu andalan Papa kamu, dulu pas awal awal menikah sayur sop harus selalu ada di meja makan atau Papa ngga mau makan." tangan Veranda bergerak untuk menyelipkan rambut Shani ke belakang telinga agar tidak begitu mengganggu makan putrinya, "Tapi anehnya gak ada satupun anak anaknya memiliki selera yang sama, sayur sop malah di anggap makanan orang sakit."

"Mama kangen sama Papa?"

"Iya Mama kangen sama Papa, kangen Papa muji masakan Mama."

Shani menatap mangkuk yang isinya sudah tandas ia makan lalu menatap mamanya, "Aku emang kurang suka sama sayur sop tapi kali ini beda, aku suka, kalau bisa aku mau makan menu yang sama asalkan Mama sendiri yang buat."

"Sejak kapan kamu mulai belajar menyenangkan hati seseorang?" Veranda mengulum senyum, ucapan Shani terdengar aneh tapi terasa begitu menyenangkan, "Tapi kamu beneran suka sop-nya kan, enggak bohongan?"

Shani memalingkan wajah, ia yang merasa tidak begitu akrab dengan mamanya merasa sedikit malu mengeluarkan pujian, kalimat manis itu malah terdengar cringe.

"Kalau gak enak aku gak mungkin bisa habisin semangkuk penuh itu," sahut Shani jujur, sop yang biasanya ia makan dan yang mamanya bawakan memang beda, Shani menyukai yang mamanya bawakan.
Semangkuk sop porsi besar dan segelas susu, perutnya yang sudah membesar terasa ingin meledak tapi Shani menikmatinya.

"Udah mau jam 9, gak mau tidur?"

"Shani masih pengen disini Ma, belum ngantuk juga." Shani menghela napas, yang terjadi sebenernya ia sedang menunggu Aran pulang, Shani penasaran apa yang akan pria itu katakan setelah memarahinya habis habisan, apakah akan meminta maaf?

"Tapi di luar dingin anginya kenceng sayang, kamu juga cuma pake piyama aja, lihat Aran juga kirim pesan minta kamu buat istirahat ." Veranda bahkan bisa merasakan dinginnya malam ini padahal tubuhnya sudah terbalut cardigan rajut lumayan tebal.

"Kenapa harus chat Mama, emang dia kemana?" sejak tadi ponselnya bersih dari notif Aran, tapi ternyata pria itu lebih memilih menghubungi mamanya ketimbang dirinya sendiri.

"Aran lagi-"

"Ah iya dia kan si paling sibuk ngurus kantor. Udahlah biarin aja, selagi anaknya gak kenapa napa dia gak bakal marah kok."

Veranda menggenggam tangan Shani diatas meja, 'Aran tuh peduli sama kamu Shani,"

"Yang dia peduliin itu cuma anaknya Mah, lihat aja dia bahkan gak mikirin perasaan aku pas marah marah, emang dia pikir aku mau apa kesakitan kayak tadi."

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang