28

1.4K 248 46
                                    

Onil: Ran, bini lo minta
gue anterin ke temennya.
Dia udah izin lo kan?"

Udah, tolong bawa
mobilnya hati-hati Nil.

Onil: Siap pak boss, bini lo
aman sama gue.

Aran meletakkan kembali ponselnya keatas meja setelah membalas pesan dari Onil. Tubuhnya ia sandarkan pasrah pada kursi kerjanya, mana ada Shani izin padanya, perempuan tidak akan pernah mau mengirim pesan lebih dulu.

Aran mengembuskan napas berat, dua jam berlalu dan ia masih belum bisa fokus pada pekerjaannya. Kejadian semalam membuat pikirannya berkecamuk, dimana saat ia nyaris saja meniduri istrinya sendiri karena pengaruh obat. Harusnya Aran tidak perlu se kalut ini, namun entah kenapa ada saja bayangan yang menganggu pikirannya.

Pagi tadi, saat Aran bertanya apa maksud Shani menaruh obat itu kedalam minuman, perempuan itu justru malah marah-marah dan enggan menjawabnya.

Tok tok tok

"Masuk!" Aran membuka mata bersamaan dengan terbukanya pintu ruangannya, langsung saja ia berdiri ketika melihat yang datang adalah mertuanya.

"Siang Ran, Papa ngga lagi ganggu kamu kan?"

"Sama sekali engga Pah, duduk dulu Pah, kayaknya ada yang pengen Papa obrolin." Aran beranjak mendekati Keynal yang lebih dulu duduk di sofa ruang kerja Aran.

"Sebenernya Papa pengen minta bantuan kamu sih kalau lagi ngga sibuk, tapi kalau sibuk ya gapapa, Papa minta bantuan yang lain aja."

"Boleh Pah, kebetulan aku lagi ngga banyak kerjaan sih, sebagian udah aku selesaikan kemarin."

Keynal tersenyum lega, "Beres lunch nanti kamu berangkat ke bandara jemput Ratu ya, sebenernya anaknya minta Papa yang jemput langsung tapi siang nanti Papa ada pertemuan penting yang ngga bisa di tinggal."

"Ratu? Nyimas Ratu Rafa anaknya Tante Yona? Dia mau liburan ke Jakarta?"

"Ponakan Papa cuma satu itu aja jadi siapa lagi. Dan dia kesini bukan untuk liburan sih tapi dia baru saja keterima di salah satu rumah sakit Jakarta, Deket kantor kita. Ve nyuruh Ratu tinggal bareng, khawatir kalau Ratu di biarkan tinggal di apartemen sendiri."

Aran mengangguk faham, ia sendiri pun masih sangat mengenal Ratu, terakhir mereka bertemu saat Aran mengantarkan Ratu ke bandara Jogja karena pada saat itu Ratu memilih melanjutkan studinya ke Surabaya.

Ratu sendiri adalah gadis yang periang, bahkan gadis itu menyenangi hal baru dan suka sekali mendebatkan segala hal yang tidak sesuai dengan pandangannya.
Kalau kata Gito Ratu ini adalah Shani dangan versi yang lebih kalem, dan Aran pun mengakui hal itu.

Khawatir Ratu menunggu terlalu lama di bandara Aran jadi menunda makan siangnya, pria yang masih mengenakan jas kerjanya itu berpikir akan mengajak Ratu lunch bersama sekalian membicarakan apa saja yang bisa mereka obrolkan.

Di dalam sebuah kamar, terdapat tiga gadis yang asik mengobrolkan sesuatu, ralat, setelah diperhatikan ternyata hanya dua gadis saja yang terlihat menikmati kebersamaan mereka sedangkan yang satunya lagi terlihat diam saja sembari menyimak obrolan kedua sahabatnya.

Shani menghela napas berat, rasanya sungguh sangat bosan hanya berdiam diri di dalam kamar Cindy yang di pilih mereka untuk quality time.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang