16

1.2K 205 25
                                    

Shani tersenyum angkuh mencengkram genggaman tangan Aran, jika ia berhasil memenangkan pertandingan ini sudah barang pasti ia akan menyuruh Aran mundur dari jabatannya, CEO di perusahaan papanya harus jatuh pada anak kandungnya, setidaknya kalau bukan dirinya Zee lah yang harus menepati posisi itu, bukan anak dari orang yang tidak jelas seperti Aran meskipun posisinya Aran sudah menjadi menantu di kelurganya.

"Oke aku akan jelasin aturan mainnya." Shani melepas jabatan tangan itu,"Aku akan ambil 6 bola, masing-masing dai kita dapat 3, 3 kali pukulan. Siapa yang paling banyak melempar bola ke Green Area dan berhasil memasukan banyak bola ke hole di area itu maka dia yang menang."

Aran mengangguk paham. Ini bukan pertandingan formal, bahkan aturan mainnya di buat langsung oleh Shani jadi ia tidak harus se-khawatir ini jika seandainya dirinya kalah. "Oke, kamu duluan."

"Aku yang jadi wasitnya." Zee memberikan Cleo pada Gito untuk berjalan mendekati Shani dan Aran yang mulai berjalan ke arah teeing ground. "Aku akan jadi wasit yang seadil adilnya."

"Ck, jangan bodoh deh, kamu pikir sepak bola apa ada wasitnya." Shani memutar balas bola matanya, terkadang Zee bisa bersikap sangat bodoh.

"Ya maksudnya aku yang ngwasin, takutnya Ci Shani curang."

"Terserah deh, bocah."

Zee mendenggus saat Shani memanggilnya bocah padahal bentar lagi ia akan lulus SMA dan berkuliah, ia bahkan detik-detik akan memiliki seorang kekasih. Ya, ia akan mulai merasakan yang namanya berpacaran jika saja Fiony, anak dari kepala sekolah itu menerima pernyataan cintanya.

Shani menerima stik golf dari tangan Aran dan menunduk, menatap bola yang sudah berada di atas tee, siap untuk di pukul.

Shani berdirilah dengan kaki selebar bahu dan sedikit menekuk lututnya, ia miringkan tubuhnya ke depan sekitar 35 sampai 40 derajat. Shani menajamkan pandangannya, targetnya bola itu harus jatuh pada Green Area agar bisa langsung melakukan pukulan akhir.

Shani mengayunkan stik golf lalu memukul bolanya sekuat tenaga hingga bola itu melambung jauh dan mendarat tepat pada perkiraan.

Zee bertepuk tangan, satu poin untuk Shani sudah tercatat.

Shani tersenyum menatap Aran, lalu kembali melakukan hal yang sama sampai 3 kali, dan saat itu juga ketiga bola itu berhasil di pukul dan masuk ke Green area, sesuai perkiraan.

"Sekarang giliran kamu."

Aran menunduk, menatap stik golf yang di ulurkan kearahnya.

"Kamu pasti bisa Ran, semangatttt."

Aran menoleh kearah Keynal yang berteriak, dari tempatnya Kenyal menyemangatinya. Aran tersenyum mengangguk.

"Kalau kamu gak berhasil mukul 3 bola itu atau gagal masuk ke Green area kamu masih ada kesempatan kok, siapa tau di area itu aku gagal memasukan bola ke hole dan sebaliknya malah kamu yang berhasil masukin semua bolanya." Shani mengambil satu bola dan menaruhnya di atas tee, untuk Aran melakukan tee shott.

Aran mengangguk, ia mulai mengambil ancang-ancang. Tatapannya tajam, menatap bola dan target area secara bergantian. Tak lama, satu pukulan berhasil Aran lakukan, bola itu sama jatuhnya di tempat yang sama dengan Shani.

Suara tepuk tangan menggema, namun Aran bisa melihat decakan pelan dari Shani. Aran kembali melakukan pukulan, dan keduanya sama berhasilnya dengan pukulan pertama, ketiga bola itu berhasil jatuh di Green area. Ternyata aturan main dari Shani tidak sesulit perkiraannya.

"Yeayy sama, ayok kita ke sana, kalian harus bisa masukin 3 bola itu ke hole, siapa yang paling sedikit memukul maka dia yang menang."

Zee berlagak seperti pengawas sungguhan, dia menggiring kedua kakaknya untuk berada di Green area dengan berjalan kaki. Bahkan, Keynal, Veranda, Chika, dan Gito yang sedang menggendong Cleo pun ikut, mereka akan melihat hasil dari pertandingan yang cukup menyenangkan ini.

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang