25

1.8K 272 35
                                    

Jika di perhitungkan, usia pernikahan Aran dan Shani sudah memasuki bulan ke tiga. Dan hari ini, untuk pertama kalinya Aran di buat terkejut dengan permintaan perempuan itu, perempuan yang tiga bulan lalu telah ia nikahi. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba ia di minta untuk menemaninya berbelanja. Ini adalah hal yang sangat mengherankan bila mengingat bagaimana hubungan mereka sebelumnya.

Dan disinilah mereka berada, di salah satu pusat perbelanjaan di kota metropolitan. Dengan menenteng beberapa paperbag dengan logo brand ternama milik Shani, Aran hanya pasrah mengekor di belakang tubuh perempuan itu yang seakan tidak memiliki rasa lelah setelah berkeliling hampir dua jam.

"Mau kemana lagi, belum cukup belanjanya?" Aran masih setia mengikuti langkah istrinya yang kali ini terlihat serius memilih sebuah jam tangan, tentu saja dari brand ternama juga.

"Syutt, diam, saat kamu menerima ajakan aku itu artinya kamu harus siap mengikuti kemanapun yang aku mau." senyuman Shani mengembang saat matanya menemukan sebuah jam tangan yang sedang ia incar, tanpa berlama lama-lama ia langsung menyuruh penjaga toko untuk mengambilkam jam tangan itu.

"Ngga capek keliling terus, setidaknya istirahat sebentar Shan, kamu pasti lapar kan?"

"Kamu ini crewet banget sih." Shani mengalihkan pandangannya pada Aran, raut wajahnya merenggut tidak suka dan merasa terganggu oleh suara pria itu, "Ngga suka nememin aku belanja? Atau ngga suka aku pakai uang kamu? Cih, bayarin Indah kuliah aja bisa masa belanjain aku kayak gini doang ngeluh."

"Bukan masalah uangnya Shani, aku cuma khawatir kamu telat makan." Aran mengembuskan napasnya, seharusnya ia masih di kantor, melakukan meeting mingguan dangan para karyawannya.
Tapi karena paksaan istrinya itu yang mau di temani belanja mau tak mau Aran harus meninggalkan kantor dangan banyak pekerjaan yang menumpuk.

"Yaudah cepat bayarin jam tangan ini."

Lagi, Aran di buat melongo oleh Shani yang tiba-tiba sudah kembali keluar dari store. Sampai tak lama pagawai toko itu menyodorkan paperbag lengkap dengan struk belanjaan yang harus Aran bayar.

"Mau pakai tunai atau non tunai pak?"

96.850.000, Aran hanya bisa pasrah menyerahkan kartu debitnya pada pagawai tadi. Bagaimana mungkin Shani membandingkan diri dengan Indah jika pengeluaran gadis itu sehari saja sudah lebih dari cukup untuk membayar biaya kuliah Indah untuk 3 kali semester.

Terhitung sudah lebih dari 300 juta pengeluaran Aran untuk menemani istrinya belanja.

"Tunggu sebentar,"

Langkah Aran terhenti ketika Shani mengangkat tangannya, mengintruksinya untuk berhenti, "Kenapa?"

"Aku baru sadar kalau ternyata kamu masih pakai pakaian formal." Shani meletakan jari telunjuknya di dagu, mengamati lekat-lekat penampilan Aran dari atas sampai bawah. Sangat tidak cocok berada di mall, Aran bahkan terlihat lebih seperti mas mas penjaga store tadi.

"Aku kan dari kantor Shan, kamu bahkan ngga kasih aku kesempatan buat ganti baju." entah Apa yang sedang di pikirkan Shani sampai dia baru menyadari pakaiannya sekarang.

"Yaudah ayo masuk kesini, gantian kamu yang belanja."

"Ngapain, baju aku masih banyak."

"Tapi aku malu kalau jalan sama kamu tapi pakaian kamu kayak gini. Udah ayo masuk." Shani menarik paksa tangan Aran untuk di bawa masuk ke salah satu store yang menyediakan banyak sekali pakai untuk pria. Tanpa pikir panjang Shani langsung mengambil beberapa setelan yang di rasa cocok untuk Aran.

"Taruh belanjaan aku di bawah dan aekarang kamu coba baju baju ini." Shani menyodorkan lima pasang baju pada Aran.

"Tapi-"

WHY SHOULD LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang