35 - Ketakutan-nya

27 6 0
                                    

- Seandainya aku bisa memilih mana yang bisa ku ingat dan mana yang bisa kulupakan yang sayangnya semua memori itu terhapus begitu saja - Kenzio Agler Kaindra.

Kallandra membongkar seluruh lacinya namun, benda yang dicarinya tidak juga ditemukannya padahal seingatnya benda itu ia taruh di laci dan tidak ada orang lain selain dirinya yang mengetahui benda itu.

Kallandra tidak mungkin lupa namun, mengapa benda itu tidak berada di dalam lacinya saat ini?

Sedangkan di dalam apartemen ini hanya ada dua orang dewasa yaitu dirinya dan Nay dan tiga anak-anak yaitu Kezia, Kenzi dan babby Ken.

Ia tahu persis bagaimana Nay kekasihnya itu terlalu cuek dengan sekitarnya bahkan handphone pria berambut hitam yang tergeletak di depan Nay saja gadis itu tidak mau memeriksanya apalagi mencari tahu dan hal itu yang membuat Kallandra merasa aman.

"Kallan, handphone kamu bunyi!" Nay agak berteriak.

Benar saja, gadis itu bahkan tidak menyentuh handphone nya sama sekali untuk menjawab padahal sedikitnya gadis itu berhak menjawab panggilan telpon itu karena statusnya adalah kekasih tunggal seorang Kallandra.

"Kamu jawab aja dulu, Nay. Aku lagi sibuk nih," Kallandra masih membongkar seluruh isi lacinya.

"Aku bawain handphonenya ke kamu ya?" Nay mengambil handphone pria itu yang berada di dekatnya dan berjalan menuju ruang kerja pria itu.

"Tinggal kamu jawab aja sih, Nay. Ya ampun," keluh Kallandra masih saja sibuk membongkar berkas-berkas.

Nay melihat ruang kerja pria berambut hitam itu berantakan. "Handphone kamu nih daritadi bunyi," menyerahkan pada Kallandra.

"Tinggal kamu jawab aja, kalau memang penting baru kasi tahu aku," sahut Kallandra agak kesal menerima handphonenya.

Nay cemberut. "Handphone 'kan privasi." Duduk di meja kerja Kallandra.

Kallandra menggeser slide answer. "Ya, halo,"

"...."

"Ok, nanti saya kabari lagi," Kallandra memutuskan sambungan teleponnya kemudian memandang Nay dan meletakkan handphonenya di samping gadis itu.

"Kok ruang kerja kamu berantakan, tumben banget?" Tanya Nay memandang Kallandra.

Kallandra tersenyum mengacak pelan rambut gadis itu. "Iya nih, aku lagi cari sesuatu, seingat aku di laci narohnya tapi, entah kenapa bisa hilang?" Kemudian wajahnya tampak berpikir keras.

"Cari apa? Berkas, flashdisk atau apa? Coba deh kamu ingat-ingat lagi, tumbenan kamu jadi pelupa gini?" Memperhatikan pria berambut hitam itu.

Kallandra menghentikan aktivitasnya, sejenak ia berpikir apa harus ia memberitahu kekasihnya. "Sebenarnya cincin," mengusap tengkuknya.

Deg!
Kini Nay yang kaget. Ya, ia mengambil sebuah cincin di dalam laci Kallandra beberapa waktu lalu. Namun, ia tidak boleh terlihat mencurigakan justru Kallandra lah yang mencurigakan karena menyimpan sebuah cincin ukiran nama Kentara.

"Cincin? Cincin apa? Kok aku gak tahu kamu punya cincin sih?" Tanya Nay beruntun.

Kallandra tersenyum memandang Nay yang terdengar seperti cemburu itu. "Cincin aku," mengusap jari manis kekasihnya yang sudah terpasang cincin darinya beberapa waktu lalu. "Kan sebenarnya sepasang, punya aku, aku simpan aja tapi, pas aku cari tadi belum ketemu, entah keselip sama berkas kerjaan," nada gugup tersamarkan disana.

Kallandra berbohong!

"Oh gitu," Nay seolah percaya.

Kallandra memeluk Nay. "Jangan ngambek gitu dong, sayang. Aku lagi cari cincin kita, ok? Gak mungkin juga cincin nya hilang, aku yakin hanya keselip sama berkas kerjaan."

My Ice Prince In RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang