49 - Kerinduan Anak-Anak

49 7 0
                                    

- Aku tidak ingin kehilangan mereka yang menjadi alasanku tetap bertahan hingga saat ini - Nastiti Adha Iqbal.

- Aku tahu ini bagian dari hukuman namun, biarkan aku bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan - Kenzo Alliandra Callins.

Tiga bulan kemudian ...

Nay memutuskan tinggal di Indonesia selama tiga bulan ini bersama Kezia, Kenzi dan Ken Jr, gadis berambut cokelat kemerahan itu membeli sebuah rumah dari hasil tabungan nya sendiri karena ia juga tidak ingin tinggal di rumah orangtuanya yang pasti sudah ditentang keras oleh Iqbal sang Papa jika tahu apa yang sudah Nay lakukan saat ini.

Rumah bernuansa putih menjadi pilihan Nay untuk tinggal bersama ketiganya, rumah yang tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil, berlantai dua dan jauh dari hiruk-pikuk keramaian namun, berada di komplek yang cukup elit.

Sekolah anak-anak jangan dipikirkan! Nay sudah memutuskan bahwa Kezia dan Kenzi home schooling saja dengan mendatangkan guru terbaik untuk keduanya lagipula karena sesuatu dan lain hal Kezia dan Kenzi memang kurang cocok jika bersekolah di Indonesia maka dari itu Nay memutuskan bagi keduanya untuk home schooling.

Sejak memutuskan pindah dan menetap di rumah yang sudah dibelinya ini banyak warga sekitarnya tidak terlalu mengenal Nay membuat Nay sebenarnya bersyukur namun, ternyata mereka lebih kepo membuat Nay akhirnya geram sendiri.

"Zia, Enzi, Mamanya kemana?" Tanya seorang ibu-ibu saat melihat ketiga bocah itu bermain di halaman rumah.

"Mama lagi di dalam Tante," sahut Kezia.

"Oh Mamanya di dalam lagi ngapain?"

"Lagi bikin cemilan," sahut Kenzi bermain bola bersama Ken Jr.

"Kok Tante gak pernah lihat Papa kalian bertiga?"

"Papa di Macau," sahut Kezia.

"Macau? Dimana itu?"

"Salah satu provinsi di Tiongkok Tante, bahasa sehari-hari nya itu Mandarin dan Inggris," Kezia cemberut.

"Papa sama Mama kalian pisah ya? Cerai gitu?"

"Gak!" Teriak Kezia marah. "Sana Tante pergi aja!" Usir Kezia melemparkan sapu kearah orang itu.

Nay menghampiri ketiganya yang berada di halaman. "Zia, Enzi, Ken, masuk ke dalam."

"Iya Mama," sahut ketiganya patuh dan berlari menghampiri Nay.

Nay memandang beberapa orang tetangga nya yang memang kepo padanya sejak awal benar-benar membuat Nay geram, ini yang sebenarnya membuat Nay malas namun, ia sudah tidak tahu akan kemana sebagai tempatnya berlari.

"Gitu tuh kalau nikah muda terus cerai, mana anaknya tiga lagi, hati-hati ya Bu suaminya nanti diembat,"

"Heh Bu kalau ngomong jangan sembarangan ya! Urus aja tuh urusan ibu-ibu sana! Jangan kepo sama orang!" Ketus Nay kemudian menutup pintu rumahnya.

"Sensi kan dia? Mana gak mau berbaur sama orang sekitar sini, di dalam rumah aja terus, anaknya juga dijaga nya ketat!"

"Berapa kata Pak RT umurnya? 23 tahun ya? Dia masih muda dan cantik tapi, kasihan juga nasibnya! Ya ampun ngeri,"

"Warga baru tapi songong amat mentang-mentang cantik,"

"Sudah ibu-ibu, bubar. Kenapa kalian terus menganggu warga baru saya?" Ketua RT setempat mengamankan warganya.

"Dia lho pak RT menyebalkan! Berbaur gak mau, diajak arisan juga gak mau!"

"Setiap orang punya kesibukan sendiri ibu-ibu, saya tidak mau ada warga saya yang tidak nyaman tinggal disini, ayo bubar!" Pak RT membubarkan para ibu-ibu di depan rumah Nay.

My Ice Prince In RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang