38 - Perangkap Masa Lalu

32 8 2
                                    

- Banyak orang berpaling karena masa lalu apa aku harus juga mengalaminya di saat aku sudah berjuang dan akan mendekati garis finish - Adhebran Kallandra Andrean.

Nadhira tahu apa yang dilakukannya selama ini, wanita itu kini mengancamnya akan menyebarkan rahasia pria berambut hitam itu membuat Kallandra muak.

Brengsek! Batin Kallandra berteriak.

Bagaimana ia bisa melupakan jika Nadhira ini adalah makhluk paling jahat yang sewaktu-waktu akan menjadi bom nya.

Ia bahkan tak tahu kapan pastinya Nadhira mulai mengawasinya terakhir mereka bertemu mungkin hampir setahun yang lalu.

"Bagaimana kalau calon ayah mertuamu tahu bagaimana masa lalu seorang Kallandra heum? Pria miskin yang tinggal di pinggiran kota Milan dengan ambisi ingin sukses dan kaya raya." Nadhira tersenyum.

"Tutup mulutmu!" Sentak Kallandra.

"Pria miskin yang berusaha mengejar beasiswa S2 nya hingga ke Columbia kemudian bertemu Kentara, pria patah hati yang senasib denganmu kemudian Arthur dan Mario dosen kalian lalu mengajak kalian melihat dunia dan bergabung menjadi Buelvard, menjadikan orang-orang mengenal Kallandra bukan sebagai pria miskin lagi melainkan pria nomor 2 yang menghanyutkan para wanita dalam buaiannya," Nadhira tersenyum memandang Kallandra.

"Dengar Nadhira, jangan coba-coba mengancam Nay atau kau tahu akibatnya!" Ancam Kallandra emosi.

Nadhira tertawa. "Picik sekali caramu, heum? Menginginkan perusahaan Allaina dengan menikahi Nay, termasuk menyingkirkan mantan kekasihnya, ah haruskah aku mengatakannya, babby?" Mengelus dada pria itu.

Kallandra langsung menepisnya. "Singkirkan tanganmu itu!"

"Haruskah aku katakan kalau mantan kekasih Nay itu meninggal karena hadir di acara topping off tertimpa reruntuhan yang sebenarnya kau tujukan pada Arthur, karena kau iri pada Arthur, mantan kekasih Nay bukan meninggal karena collapse melainkan menyelamatkan sahabatnya, Arthur." Nadhira lagi-lagi tersenyum.

"Diamlah!" Sentak Kallandra muak.

"Jika Nay dalam genggaman mu maka kau yang dalam genggaman ku, Kallandra. Aku tahu semua yang kau lakukan pada Nay ataupun mantan kekasih Nay," Nadhira kemudian duduk di sofa.

"Aku tidak akan dalam genggaman siapapun!" Tegas Kallandra akan keluar dari apartemen namun ditahan Nadhira.

Nadhira menunjukkan handphonenya. "Kau mau aku bongkar sekarang, babby? Kau memberikan Nay obat untuk memperlambat kinerja otaknya dengan dosis tinggi, heum?"

Kallandra memandang tajam Nadhira. "Tutup mulutmu!"

"Apa yang bisa kau berikan untuk menutup mulutku ini, babby?" Nadhira dengan nada menggoda.

"Apapun yang kau inginkan! Uang, apartemen, aku tahu kau dibuang keluargamu karena kau pembunuh Nadhine dan Nayza, kau tuan putri yang tiba-tiba melarat!" Sinis Kallandra.

Nadhira tertawa pelan. "Bukan hanya itu, aku ingin kau, Kallandra!" Mengecup bibir pria itu.

"Hentikan! Aku punya calon istri!" Kallandra frustrasi.

Nadhira memainkan dasi pria itu. "Jangan sampai calon istrimu tahu, lagipula kita hanya bermain-main, babby. Ayolah, aku tahu kau menginginkan nya, kau sudah lama tidak bermain-main ya?"

"Nadhira, aku hanya ingin menikahi Nay. Tolong, jangan membuat semua rencana yang sudah mendekati garis finish runyam," Kallandra mendorong Nadhira.

"Aku bisa membunuh Nay, secara perlahan babby. Heum? Tidak akan ada yang tahu kalau ini pembunuhan berencana, Nay akan mati perlahan-lahan seolah over dosis bukan dibunuh, bagaimana? Kamu tertarik? Aku bisa melakukannya," Nadhira tersenyum.

My Ice Prince In RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang