Keping 18 : Tak Ingin Melepaskan

300 56 14
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Seandainya malam ini pertemuan Senandung dengan Erlangga dan Laysa adalah pertemuan yang tak didesak keadaan, dan Senandung memang benar-benar istri Gara yang menikah dengan penuh restu dan bermandikan doa-doa, maka pasti suasana di ruang tamu ini akan berbeda.

Mejanya barang tentu akan penuh oleh berbagai jenis masakan, mulai dari ikan asap, ayam kecap, kambing jantan, sapi pacuan, bahkan semut petualang yang tak sengaja mendaki ke paha ayam kecap pun ikut terbawa dalam meriahnya suasana temu keluarga.

Namun sayangnya, malam ini bukanlah malam pertemuan keluarga yang semacam itu.

Senandung justru tengah duduk dalam keadaan tegang, menghadap utuh ke arah Erlangga dan Laysa, tanpa ada makanan di atas meja, tanpa ada semut petualang disekitarnya. Hanya kodok jelmaan yang kini menyandar erat pada dirinya, sok berani pula menggenggam balik jemarinya. Hah!

Niat Senandung mengakrabkan diri dengan Gara sebenarnya cuma sebatas untuk membuat Erlangga dan Laysa percaya bahwa ucapan panjang lebarnya sedari tadi bukanlah ucapan kosong tanpa makna.

Tapi mengetahui kalau Gara malah menggenggam balik jemarinya, bahkan lebih kuat dari dirinya, gadis itu tentu saja merasa ternoda. Ini benar-benar di luar kendalinya. Dan ia tak suka.

Sungguh, Senandung mana tahu kalau kini pikiran Gara sedang riweh dengan banyak pertanyaan tentang dirinya. Pemuda itu tak menggenggam asal menggenggam saja, sesuatu sepertinya sedang terjadi di dalam otaknya.

Sambil tetap menjaga sopan santunnya di hadapan Erlangga dan Laysa, Senandung sedikit merapatkan wajahnya hingga mencapai bawah dagu Gara, berbisik marah pada lelaki itu. "Kenapa malah ikut genggam balik jari Sena? Lepas Gara! Biar Sena aja. Jangan kepedean ya!"

"Aku hanya sedang membantumu mempercantik aksi." Gara balas berbisik, tapi matanya tetap lurus ke arah orang tuanya.

"Nggak perlu bantu Sena! Lepasin aja!"

"Nggak mau!"

"Lepas dok!" Senandung meninggikan suaranya meski masih dalam keadaan berbisik, memanggil Gara dengan gelar yang ia sematkan pada pemuda itu.

"Nggak yam!" Gara pantang kalah menimpali, saat ia tahu bahwa Senandung mengkodokkannya, maka ia dengan cepat mengayamkan gadis itu. Menurutnya itu sangat adil.

Senandung melayangkan senyumnya pada Laysa, masih berusaha memasang wajah sopan padahal hatinya tengah kacau tersebab ulah putra wanita paruh baya yang tengah disenyuminya itu, dan tanpa merasa kalau Laysa mencurigainya, Senandung tetap melanjutkan perdebatannya dengan Gara, "lepas nggak? Sena nggak nyaman tau!"

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang