Keping 26 : Panggilan Sayang

306 60 17
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Ucapan yang Senandung lontarkan pada Gara tentang betapa kerennya dirinya di mata sang dara nampaknya cukup untuk menutup malam-malam lelah Gara dengan perasaan puas.

Bagaimana tidak, meski meninggalkan Senandung tanpa suara di ruang depan dengan wajah datar tak terterjemahkan, di kamar mandi kini Gara justru tertawa lebar sambil menepuk bangga dadanya. Memegang dagunya sesekali lalu menggeleng-geleng tak percaya.

"Nyukil idung aja keren?" Gara tertawa sambil mengulangi pertanyaannya. Sedikit geli dengan kata-katanya sendiri. "Apa karena saking kerennya makanya Sena bisa-bisanya bilang pas nyukil idung aja keren?"

Gara lancar menimba air hangat yang Senandung sediakan untuknya dengan mulut yang tak berhenti bertanya, terus mengoceh pada dirinya sendiri, "kalau sambil nyukil idung aja Sena terpesona, gimana kalau dia liat Gara ini pas lagi mandi begini? Bakalan tambah terpesona nggak ya?"

Gara tertawa sebentar, lalu menggeleng pelan. "Nggak. Nggak mungkin dia terpesona. Yang ada gue yang ditimpuk kaleng ama dia. Pasti itu."

Gara mengarahkan matanya ke seluruh ruangan kamar mandi, mencari-cari seperangkat alat mandi untuk menyempurnakan aktivitasnya membuang bau. Jelas Gara datang hanya dengan dua bungkus makanan, jadi mustahil ia memiliki perlengkapan mandi sendiri.

Di hadapan Gara kini, di depan bak mandi mungil dan ember air hangatnya, ada empat botol sabun cair, dua botol masih berisi dan duanya lagi sudah kosong.

Mata tajam Gara cepat membaca perbedaan dua botol sabun cair tersebut dan mengerti akan memilih yang mana untuk ia oleskan ke seluruh bentangan tubuhnya.

Hanya saja, saat pilihan lelaki tinggi bersuara berat itu sudah bulat, dengan jemari yang kokoh menggenggam salah satu botol sabun cair ditangannya, tengkuk Gara tiba-tiba merinding. Tubuhnya serasa dingin walau baru saja selesai diguyur air hangat.

Bukan, ia merinding bukan karena di sebelahnya ada hantu muka rata atau ia tengah mandi berdua dengan nona-nona Belanda yang tak kasat mata. Aroma sabun yang ia genggamlah yang membuat kesadarannya setengah melayang. Menyebabkan tengkuknya meremang dan suhu tubuhnya turun.

Aroma sabun yang dipegangnya kini persis seperti harum tubuh Senandung saat memeluknya tadi. Dan Gara, belum terlalu tua untuk cepat melupakan sensasi aroma yang menguar dari tubuh Senandung.

Gara mengarahkan botol sabun ke hidungnya, menghirup dalam-dalam sabun itu lalu dengan gelagapan kembali meletakkan si botol sabun ke tempat semula, "nggak, gue nggak bisa sabunan pake itu. Kalau gue pakai, bau badan gue bakalan mirip bau Senandung. Nggak, nggak fair buat gue. Nggak bakal tidur nyenyak gue nanti."

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang