happy reading
-🐸🐣-
.
.
Senandung masuk ke rumahnya usai memastikan dirinya sudah sedikit tenang. Berjalan dalam senyap menuju kamar agar tak membangunkan Wesa ataupun Dika, mati-matian melupakan isi pesan Zayid. Walau pada kenyataannya gadis ayu berwajah menggemaskan itu tak bisa sama sekali menghilangkan bayangan Fattan dari pikirannya.
Malangnya.
Beberapa tahun lalu, saat duduk-duduk sore menunggu giliran mandi, bersama remaja putri di lantainya, mendengarkan pembicaraan teman-temannya tentang Fattan selalu menjadi momen istimewa. Hu hu!
"Jangan tanya nilai ushul fiqihku berapa, cukup tanya seperti apa perjuanganku ghadul bashar di kelas tadi. Ahahaha. "
"Gus Fattan terlalu galak kalo ngajar. Jadi termotivasi buat jinakkin. Gimana dong? "
"Ora ngerti, it's okay. Ora ketemu Gus Fattan? It's over. "
Senandung menggigit bibir bawahnya, ragu hendak tertawa atau tidak ketika candaan teman-temannya melintas di kepalanya.
Kenangan masa menyantrinya memang benar-benar memalukan ternyata, Senandung baru menyadari itu sekarang. Terasa lebay jika semakin diingat-ingat ulang.
Untungnya gadis ayu itu tak berlarut-larut dalam kenangan kosongnya.
Cepat setelah ia berhasil mengusir keributan di dalam kepalanya, Senandung bergegas mengganti baju, mengunci pintu dan mengeluarkan tumpukan laporannya.
Masih ada dua laporan kasus minggu ini yang gadis ayu itu belum selesaikan, satu untuk pasien rawat inap yang ia pegang distate THT, dan satu lagi untuk laporan pasien kegiatan balap motor di Sentul.
Jika laporan yang terakhir masih bisa digeser sedikit waktu pengerjaannya, maka laporan yang pertama jelas tidak bisa sama sekali.
Lusa Senandung harus memberikan persentasi di depan pembimbingnya terkait laporan pasien state THT yang ia pegang itu, sementara ia masih belum menyelesaikan hasil anamnesis dan diagnosa banding laporan itu.
Ah, jika saja ia tak menikah dan pergi ke rumah Gara tadi, mungkin ia tak akan seterlambat ini.
Tapi apa boleh buat, Senandung tak punya kekuatan super untuk memutar waktu, yang ia bisa hanya memanfaatkan sisa tenggat yang ia punya semaksimal mungkin. Itu saja.
Lagian dengan sedikit sibuk, ia sungguh bersyukur. Setidaknya Fattan tak terlalu merajai kesendiriannya, di tengah malam buta, di antara tumpukan tanggung-jawab dunia.
Senandung lancar memulai kegiatannya, sampai pada dua setengah jam setelahnya, saat ia berhenti hendak mengambil air minum ke belakang, Senandung mematung tak berdaya.
Lihatlah apa yang tergantung di belakang pintu kamar gadis ayu itu, yang menyita seluruh fokusnya sampai-sampai ia lupa dengan rasa hausnya. Sebuah jaket hitam terpantul jelas ke dalam lensa matanya. Tanpa penghalang. Langsung menyapa.
Bisakah Indosimar membuatkan gadis ayu itu FTV khusus untuknya? Bukan, bukan soal cinta sepasang remaja, itu sudah biasa. 'Antara, Kau, Dia dan Jaket Hitam', tidakkah itu sempurna untuk Senandung?
Tentu saja jaket hitam harus jadi kata dalam judul. Meski si jaket hanya benda mati, setidaknya kehadiran pemilik benda itu berhasil menyelamatkannya dari rasa lara walaupun hanya sementara.
Senandung mengatur langkahnya perlahan, menjangkau jaket hitam yag tergantung di belakang pintunya itu.
Dika benar, di bagian dalam jaket hitam itu ada bordiran huruf 'G' yang terjahit rapi. Bahkan Senandung merabanya berkali-kali, meyakinkan dengan pasti kalau itu huruf G, bukan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung-Surga
Ficción General[CERITA KE 4] 🐸🐥 Kategori : baper berkah Ketika dia yang mati-matian menentang keluarganya demi mewujudkan mimpi dipertemukan dengan dia yang mati-matian mewujudkan mimpi demi keluarganya. . . Start : 7 Maret 2022 End : 9 Juli 2024