Keping 4 : Ingin Lebih Dekat

363 61 15
                                    

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Satu kali cekrek, dua kali cekrek-cekrek, tiga kali cek-

"Oke terima kasih ya Dek." Si ibu berjilbab biru menepuk pelan pundak Senandung, tersenyum ramah. Mengucapkan terima kasih dengan tulus sambil mengalungkan kembali tali smartphonenya ke leher, lalu memeriksa hasil fotonya dengan gesit, bergumam pelan pada diri sendiri, "yang ini cakep, aku kelihatan kurusan. Yang ini juga, mukaku seperti mulus tanpa jerawat. Mantep mantep mantep."

Sementara dua ibu-ibu lain yang berdiri di samping Gara masih belum berhenti berpose, istiqomah mencari-cari angel yang tepat, berusaha menemukan sudut ajaib yang bisa membuat pipi mereka terlihat lebih tirus 20% dari aslinya.

Lima menit berdiri bergerombolan seperti kelompok wisatawan pecinta alam, akhirnya sesi foto salah ciduk pasangan itu pun selesai.

Enam ibu-ibu yang menghampiri Gara dan Senandung berpamitan pada dua manusia itu tanpa merasa bersalah sedikit pun. Seolah mereka baru saja berfoto dengan suami istri yang benar-benar nyata berpasangan.

Usaha Gara menolak niatan enam ibu-ibu itu sia-sia. Padahal dia sudah mengarang bebas agar meyakinkan para ibu untuk tak mengambil gambar dirinya dan Senandung. Tapi ya tetap saja, sekuat-kuatnya ia menolak, tekad ibu-ibu yang menghampirinya jauh lebih bulat dan kuat. Apalagi jika sudah didorong oleh hasrat harus pamer pada teman searisan, sudahlah itu. Tak ada lawan pasti.

Dan disepanjang sesi foto bersama tadi, mata Gara tak lepas dari mengamati tatapan mata Senandung. Lelaki itu terlalu penasaran, merasa dejavu setiap kali matanya beradu pandang dengan manik mata Senandung. Tapi ia tak tahu harus memulai dari mana untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Sayangnya, Senandung yang sama sekali tak tahu kalau Gara penasaran dengan dirinya langsung membalik tubuh tanpa mengeluarkan kata-kata. Ingin cepat-cepat menjauh dari lelaki bersorot mata tajam itu. Berharap setelah ini mereka tak pernah bertemu lagi.

Diakui istri oleh pria asing yang memutuskan tali tasnya? Ayolah, Senandung Humaira sungguh tak menerima fakta itu. Ia tak mungkin, dan tak ingin menjadi bagian dari hidup Gara. Enam ibu-ibu tadi terlalu berlebihan jika menganggap Gara dan dirinya adalah pasangan sungguhan. Benar-benar terlalu berlebihan.

Pria modelan Gara tak pernah membayang dalam doa-doa malamnya. Sama sekali tidak. Jika pun ia terluka dan kecewa karena ditinggal nikah Gus Fattan, setidaknya memilih untuk tetap sendiri jauh lebih baik dari pada harus mendapatkan ganti yang seperti Gara.

Senandung menegapkan ayunan langkahnya, merasa lega karena setelah ini ia dan Gara tak lagi punya urusan.

"Bisakah kau membantuku sebelum pergi?" Gara memaksa pita suaranya bergetar keras saat matanya menatap hamparan punggung Senandung yang berjarak satu setengah meter di depannya. "Please."

Senandung menghadapkan kembali tubuhnya ke arah Gara, terlalu lemah menolak seruan membutuhkan bantuan yang Gara teriakkan barusan. "Apa lagi kali ini?!"

"Pinjam ponselmu." Gara mengulurkan tangannya, maju mendekat ke arah Senandung, menahan senyumnya sekuat yang ia bisa, "aku tak mau berburuk sangka, tapi setelah ibu-ibu tadi pergi, aku sepertinya kehilangan ponselku."

Senandung menautkan alis matanya, bertanya ragu, "udah bener-bener diperiksa? Di saku baju atau celana?"

Gara mengangguk mantap. Tangan terulurnya semakin dekat pada Senandung, "pinjam ponselmu sebentar ya. Siapa tau ponselku masih jadi rezekiku."

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang