Keping 39 : Pelayan Lahir Batin

316 61 12
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Pucuk dicinta ulam tak tiba, nampaknya ungkapan semacam itu cocok untuk menggambarkan suasana hati Senandung saat ini.

Padahal ia sedang mencerna sensasi canggung dari kalimat Gara yang teralamat untuknya, eh ternyata tanpa disangka-sangka Arumi masuk arena, ikut mengambil peran dalam pementasan teater yang ia dan suaminya adakan.

Mendapati Arumi menghampiri Gara dengan wajah akrab dan gestur tubuh yang tak terlihat canggung sama sekali, rasa lapar Senandung nampaknya semakin menjadi-jadi. Bukan lagi nasi ayam, gadis ayu itu serasa ingin melahap loteng ruangan sekarang. Entah mengapa panas mendadak. Sedih iya, kesal juga iya.

Arumi bahkan bertanya lantang pada Gara tentang kondisi pria itu. Meski Senandung belum sempat mendengar jawaban Gara karena si sorot mata tajam sudah lebih dulu diperiksa tim dokter, Senandung tetap tak bisa menutupi fakta bahwa ia merasa terganggu dengan kehadiran Arumi, teman Gara yang memang sudah kenal Gara jauh sebelum dirinya mengenal Gara.

"Kita udah pernah ketemu sebelumnya 'kan? Yang diparkiran rumah sakit." Arumi menjadi yang pertama menyapa Senandung, berjalan ke tempat di mana Senandung berdiri sambil melipat tangan. Gadis berambut panjang sepinggang itu menjauh dari Gara yang sedang diperiksa. "Kalau gue nggak salah nebak, nama lo Senandung 'kan?"

Senandung menelan ludahnya kasar, mengangguk samar.

"Lo ngapain di ruangan Gara? Lo jengukin Gara juga?" Arumi sudah mendekatkan jaraknya pada Senandung, berdiri bersebelahan.

"Saya koas di rumah sakit ini." Senandung menatap lurus ke depan, enggan memerhatikan Arumi. "Terserah kamu mau anggap saya juga menjenguk pasien atau tidak."

"Owh." Arumi melengus lega. "Kenapa nggak ikut meriksa Gara?"

"Bukan jobdesk saya."

"Terus kenapa lo ada di ruangan ini kalau lo nggak ikut meriksa pasien?" Arumi mengalihkan wajahnya pada Senandung, rambut panjang sepinggangnya patuh mengikuti gerakan kepalanya, "atau jangan-jangan lo ke sini buat modusin Gara ya?"

Senandung mengepalkan jemarinya, membelalak jengah pada Arumi. Mereka hampir sama tinggi, jadi tak sulit bagi Senandung untuk menatap wajah gadis berambut panjang di sampingnya itu.

"Eh tapi Gara emang cocok kok buat dimodusin. Gue aja nggak akan datang ke sini kalau nggak klepek-klepek ama dia." Arumi berbicara santai, tak sadar dengan mata Senandung yang memerhatikannya. "Kalau lo emang modusin Gara, berarti kita saingan dong Bu Dokter, ehehe. Siap-siap aja gue kalahin, oke?!"

"Saya di sini bukan karena kegatelan, Arumi. Saya di sini karena tugas saya." Senandung kembali mengalihkan pandangannya lurus ke depan, ke arah Gara yang kini sedang diperiksa. Semakin lama ia menatap Arumi, semakin hilang rasa kemanusiaannya.

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang