happy reading
-🐸🐣-
.
.
Senandung menghadapkan wajahnya dengan polos ke arah tiga serangkai yang kini menatapnya pucat. Bertanya-tanya dalam hati sambil berpikir keras.
Nyaris sebelum memotong ucapan Gara, Senandung mendengar sedikit kalimat lelaki bersorot mata tajam itu, bagian ujungnya saja, '-mulai suka ama dia-'
Tapi sungguh Senandung tak tahu siapa yang mulai suka dan siapa yang disuka, meski ia penasaran, jelas ia punya harga diri untuk tak melihatkan kekepoannya. Makanya ia mencoba menebak dengan mengajukan kalimat tanya apakah tiga pemuda di depannya sedang menggosipkan perempuan atau tidak.
Sayangnya Gara, Sakta dan Reyhan yang diajukan pertanyaan oleh Senandung justru lebih terlihat seperti maling jemuran yang baru saja ketahuan mengambil mangga ketimbang pemuda keren, pucat tak dibuat-buat. Mereka berat menggerakkan bibir mereka untuk menjawab tanya Senandung. Padahal pertanyaan si gadis bukan pertanyaan yang sulit, tak perlu paham sistematika trigonometri dulu untuk bisa menjawabnya, apalagi hukum kekekalan energi.
"Ya udah, kalau nggak mau jawab sedang gosipin siapa, nggak usah pucat gitu mukanya, Gara. Sena cuman nanya asal kok, nggak perlu dijadiin bebanlah." Senandung lagi-lagi tersenyum. Berjuang mati-matian menyembunyikan rasa ingin tahunya.
Untungnya Reyhan cepat bisa mengendalikan keterkejutannya, jadi sebelum Gara sempat membuka suara demi merespon ucapan Senandung, Reyhan lebih dulu bertanya, "tadi datang kemari buat ambil sesuatu yang ketinggalan 'kan Nyonya Sena? Kalau kelamaan berdiri di situ, emang nggak bakalan telat urusannya?"
"Nyonya Sena?" Senandung menautkan alisnya, menatap Reyhan heran.
"Iya." Sakta membalas cepat, membantu sahabatnya tanpa ragu. "Dokter Sena mau kami panggil apa lagi kalau bukan Nyonya?"
"Eh, kenapa harus manggil gitu? Nama aja udah." Senandung menundukkan wajahnya, sedikit malu bila Gara tahu kalau kini ia merasa sedikit aneh.
"Jaga Gara baek-baek ya Dok." Reyhan memasang wajah serius. Mengambil momen tanpa bertanya pendapat Gara. "Dia orangnya nggak ketebak, suka aneh tiba-tiba, tolong maklumi dia dan arahkan dia ke jalan yang lurus."
Senandung terpaku sejenak demi mencerna ucapan Reyhan.
"Nanti kalo anehnya kumat, suntik aja pake racun tikus Dok. Atau siram sianida." Sakta menambahkan dengan wajah yang kini sudah jauh lebih sumringah, "Dokter Sena nggak perlu merasa bersalah kalau sewaktu-waktu Dokter nendang Gara ampe terjungkal karena dia membuat Dokter kesal. Aku dan Reyhan selalu mendukung Dokter melakukan hal itu. Kick aja ampe keceklek."
"Tinju perutnya Dok. Kalau masih ngeselin, laporin polisi. Kalau rasa-rasanya laporin polisi belum membuat Dokter puas, panggil kami, kami akan datang membantu Dokter untuk ngikat Gara di pohon bayam. Kita lepas bajunya dan kita siram dia dengan semut merah." Reyhan tersenyum lebar, kesalnya tadi pagi saat melihat Gara memasukkan Senandung ke dalam mobil sudah hilang ditelan kenyataan. "Oke Dok?"
Senandung sungguh ingin tertawa kini. Apa yang barusan Sakta dan Reyhan sampaikan benar-benar suara hati sahabat paling tulus yang pernah ia dengar.
Dan dari ucapan dua pemuda itu, Senandung sepertinya menyadari sesuatu. Ia mencoba menebak, mungkin Gara benar-benar menceritakan ikatan pernikahan mereka pada Sakta dan Reyhan tanpa ditutup-tutupi.
Sementara Gara hanya memilih untuk diam sambil memerhatikan Senandung tanpa kedip. Membiarkan dua teman karibnya itu menistakan dirinya di depan Senandung, berharap semoga Senandung paham kalau Sakta dan Reyhan kini sedang mencari jalan untuk membuat Senandung mengerti bahwa gadis ayu itu tengah dikagumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung-Surga
Fiksi Umum[CERITA KE 4] 🐸🐥 Kategori : baper berkah Ketika dia yang mati-matian menentang keluarganya demi mewujudkan mimpi dipertemukan dengan dia yang mati-matian mewujudkan mimpi demi keluarganya. . . Start : 7 Maret 2022 End : 9 Juli 2024