Keping 6 : Jangan Ganggu Suamiku!

354 61 17
                                    

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Adalah benar nampaknya, semakin kau berusaha untuk terlihat berbeda di hadapan seseorang, menunjukkan sikap yang bisa saja bukan dirimu yang sebenarnya, semakin besar kemungkinan bahwa orang itu punya nilai spesial dimatamu. Kau ingin meninggalkan kesan untuknya, kau ingin diingat abadi olehnya, tak ikhlas jika pertemuan kalian dianggap angin lalu saja. Bahkan untuk beberapa keadaan, kau rela berpura-pura bodoh asal dia tersenyum karena kebodohanmu itu.

Awalnya Gara menyimpan nomor kontak Senandung hanya untuk membantunya memenuhi rasa penasarannya atas tatapan mata gadis ayu itu.

Tapi setelah berjumpa dua kali dengan si gadis dan melihat sang gadis terus-terusan berusaha menghindarinya, Gara jadi sedikit mengubah haluan, bukan lagi hanya sekadar tatapan mata, kini Gara justru penasaran utuh dengan Senandung, benar-benar penasaran utuh. Pikiran gadis itu, isi hatinya, masa lalunya, kehidupannya... Gara ingin tahu semuanya.

Tidak ada gadis normal manapun yang pernah menjumpainya ingin menghindarinya tanpa alasan. Bahkan mantan pacarnya sewaktu sekolah dulu mati-matian berjuang untuk bisa mendekatinya.

Tapi Senandung berbeda, gadis itu malah memilih untuk menjauh sesegera mungkin darinya. Tak mau terlibat dengannya. Jual mahal. Harga diri tinggi tak terlelang.

Gara bukan lelaki narsis sebenarnya. Sama sekali tidak suka memuji diri di hadapan wanita asing. Namun ketika bersama Senandung, Gara seperti kehilangan kontrol kewarasan. Ia ingin Senandung mengenalnya. Memerhatikannya. Dan ia tak tahu kenapa dorongan itu ada dalam dirinya.

Masih di tenda yang sama, dengan posisi saling berhadapan, Gara mengangkat sebelah alisnya, memainkan stetoskop yang tergantung dilehernya dengan jemarinya, "aku tahu di dalam hatimu kau pasti memujiku. Jika kau malu mengungkapkannya, tak apa. Aku paham kok. Kau berharap di rumah sakit ada senior yang sepertiku 'kan?"

"Kembalikan stetoskopku, Gara! Jangan bermain-main dengan benda itu!" Senandung menjulurkan tangannya, tak peduli dengan kata-kata penuh percaya diri milik Gara. "Kembalikan!"

"Jika kau mau benda ini kembali padamu, silakan ambil, aku tak akan menahannya." Gara membentangkan tangannya lebar-lebar, menegapkan tubuhnya, mempersilakan Senandung untuk mendatanginya. "Ambil sendiri dari leherku."

Senandung meremas erat jemarinya, menyesal benar-benar menyesal mendaftarkan diri menjadi tim medis pada pertandingan balap kali ini.

"Ayo Dok, ambil. Bukankah benda ini milikmu?" Gara menantang Senandung, tersenyum nakal.

"Aku tak akan mendekat ke arahmu. Lemparkan saja benda itu padaku, aku akan menangkapnya." Senandung membalas tegas. Jilbab coklat susunya berkibar liar diterpa angin.

Sebenarnya kini pertandingan terus berlanjut di lintasan. Dan jika Gara ingin kembali masuk sebagai peserta balap, ia harus memberi kode pada panitia penyelenggara dan tim bahwa ia tak cidera, bahwa ia sanggup mengaspal lagi.

Peraturannya sangat jelas, pembalap yang sudah terjatuh masih bisa kembali ke lintasan dengan catatan motor yang dipakai tak mengalami kerusakan. Dan motor Gara kini sehat walafiat di pit timnya. Barusan diantar oleh petugas lapangan ke sana.

Gara hanya perlu berlari beberapa langkah dari tenda perawatan untuk menjemput motornya agar ia bisa melanjutkan kembali pertandingannya.

Tapi terkesan seperti membuang waktu, lelaki bersorot mata tajam itu malah berlama-lama berada di dalam tenda medis Senandung, padahal ia tak diperiksa, sama sekali tak ada tindakan medis yang diterimanya.

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang