Keping 48 : Itu Melemahkanku

268 59 22
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading

-🐸🐣-

.

.

Dua pasang mata saling bertatap. Menyapu wajah satu dan lainnya. Berdiri berhadapan seolah sedang memamerkan aura keberanian. Tak ada yang terlihat ingin mengalah. Tidak Zayid, lebih tidak Gara.

Kedatangan Romi beberapa yang hari lalu, berita dari Senandung soal keadaannya yang sebenarnya, dan kali ini Zayid, Gara sungguh sudah kenyang dengan kejutan demi kejutan yang menghampirinya. Sepertinya ia memang benar-benar harus pensiun menjadi pasien sebelum besok-besok Izrail yang datang menyapanya.

"Kenapa kau tak ramah pada tamumu? Aku datang untuk mengunjungimu, tapi sambutanmu padaku seperti ingin mencekikku saja." Zayid tersenyum lebar. Tak membalas kekesalan Gara dengan kekesalan pula.

Gara terkekeh pelan, maju selangkah. "Lalu lo mau apa? Mau gue persembahin tari saman biar lo merasa dihargai datang kemari? Iya? Lo pikir gue bisa berbaik sangka dengan kedatangan lo yang seenaknya bilang kalau gue nggak pantas jadi suami Senandung, lo sehat Dok?"

"Jika kau benar-benar laki-laki, harusnya kau tak banyak bicara." Zayid juga maju selangkah. "Terlalu kekanak-kanakan sekali caramu menilai kedatanganku, padahal aku ha-"

"Oh nggak banyak bicara ya. Berarti lo udah setuju kalau gue pake tinju." Gara megepal jemarinya erat, melangkah penuh semangat menuju ke arah tempat Zayid berdiri.

"Tadi waktu istirahat jaga, Alana bilang kalau Senandung menangis. Dia menangis sambil menunduk." Zayid memotong cepat laju langkah Gara dengan ucapannya. "Dia hanya punya waktu beberapa bulan sebelum ujian profesi. Dan dia seharusnya tidak dalam keadaan tertekan. Kau penyebabnya 'kan?"

Gara mendadak mematung. Menarik kembali kepalan tangannya dan tak tahu harus menjawab apa tanya Zayid barusan.

"Sudah aku katakan padamu, aku mengenal Senandung sudah lama. Jadi aku tahu seperti apa dirinya." Zayid mengatur napasnya. Baju praktiknya masih terpasang ditubuhnya, lengkap dengan nama dan emblem pendukung lainnya. "Senandung bukanlah orang yang suka membawa masalah pribadi ke dunia kerja. Dia sangat profesional. Tapi sepertinya setelah terjebak dalam duniamu, dia lupa dengan dunianya."

"Gue nggak pernah ngejebak Senandung."

"Berarti kau menyeretnya paksa."

Gara menggeretakkan giginya, mengembuskan napas dengan kasar. "Ternyata lo yang banyak bacot ya Zayid."

"Berhentilah memperalat Senandung." Zayid tersenyum samar, wajah datarnya tak terlihat gentar sama sekali, padahal ia tahu lawan bicaranya kini sudah susah payah mengontrol amarah. "Selagi aku meminta padamu dengan baik-baik, maka lakukanlah dengan patuh, berhentilah memperalat Senandung. Jalannya ke depan masih panjang. Jika dia tak bisa mencapai target nilainya, beasiswanya akan dicabut. Kau tak tahu seberat apa perjuangan gadis itu hingga bisa sampai dititik seperti sekarang."

Senandung-SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang