happy reading
-🐸🐣-
.
.
Andai Senandung bisa memprediksi bahwa Gara akan memeluknya, mungkin gadis berparas ayu itu tak menawarkan diri untuk duduk bersebelahan dengan Gara walau niatnya sangat lurus.
Sayangnya Senandung hanya manusia biasa, jangankan tindakan orang lain, apa yang akan menimpa dirinya saja kedepannya ia tak tahu.
"Gara, bukankah cowok keren itu adalah cowok yang tepat janji hm?" Senandung memaksa lidahnya untuk bergerak, mengajukan protes awal.
Gara tak menjawab tanya gadis yang kini sedang ia simpan rapat untuk dirinya sendiri itu. Matanya terpejam rapat. Seperti tengah bebicara pada dirinya sendiri.
"Ini udah tiga menit Gara, bukan satu menit lagi."
"Kalau begitu tunggu sampai lima menit biar hitungannya pas." Gara membalas santai, masih enggan membuka mata. Tangannya tak bergeser sama sekali dari pundak Senandung. "Jadilah dokter yang baik Sena, yang mampu membuat pasien merasa nyaman."
"Ya tapi nggak gini caranya Gara, Sena agak kurang-"
"Ssst! Jangan berisik!" Gara menepuk pelan punggung Senandung dengan ujung jarinya, memperlakukan Senandung seolah gadis itu adalah gadis belia yang harus dibujuk karena kalah rebutan mainan.
"Yang harus dipuk-puk itu Gara, bukan Sena. Kebalik kalau begini ceritanya." Senandung mengeluh, memasang wajah tak terima.
"Diam bentar Sena."
"Nggak mau, Gara udah korup empat menit."
"Sebentar lagi saja."
"Ini udah lama Gara, nanti kalau Reyhan atau Sakta masuk gimana?"
"Mereka tahu siapa kita. Jika mereka lihat, mereka akan sadar diri dan pasti langsung keluar lagi."
"Kalau perawat yang datang?"
"Perawat udah datang tadi. Nggak mungkin akan datang lagi."
"Kalau Mama yang lihat?"
"Maka itu bagus, dia akan semakin percaya dengan hubungan kita yang bukan pura-pura."
"Ya Gara!" Senandung menaikkan nada bicaranya, jemari gadis itu juga bergerak untuk menjarakkan tubuh mereka. Nyaris putus asa kalah adu pendapat.
"Aku sedang tidak baik-baik saja Sena. Sungguh. Aku sedang tidak baik-baik saja sekarang." Gara cepat menghentikan pemberontakan Senandung dengan kalimat jujurnya, lalu membenamkan wajahnya pada tulang pundak sang gadis.
Dan tentu saja Senandung mematung karena kejujuran pemuda itu, tak lagi melakukan protes. Berhenti demo.
Ruangan perawatan Gara hening untuk beberapa saat. Menyisakan kebisuan di antara dua manusia yang ada di sana. Mereka sibuk dengan debaran masing-masing.
"Aku gagal. Benar-benar telah gagal." Gara membuka percakapan yang lebih serius. Melepas dekapannya dari pundak Senandung dan kembali duduk dengan posisi seperti semula. Bersebelahan sambil menatap lurus ke depan.
Senandung menarik napasnya dalam, jemarinya cekatan merapikan jilbabnya yang sempat Gara buat amburadul. "Kegagalan itu sukses yang tertunda Gara, percayalah."
Gara terkekeh pelan, menggeleng samar setelahnya. "Nggak Sena, kegagalan bukanlah sukses yang tertunda. Kamu tak perlu merasa tak enak hati, jangan paksakan diri untuk menghiburku. Bukankah jika gagal, maka itu gagal namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung-Surga
Fiksi Umum[CERITA KE 4] 🐸🐥 Kategori : baper berkah Ketika dia yang mati-matian menentang keluarganya demi mewujudkan mimpi dipertemukan dengan dia yang mati-matian mewujudkan mimpi demi keluarganya. . . Start : 7 Maret 2022 End : 9 Juli 2024