Chapter 1

581 61 13
                                    

Suasana berkabung terasa sangat mencekik leher Chanyeol. Lagi-lagi Chanyeol harus kehilangan sosok keluarga yang dimilikinya. Tubuh kakaknya terbujur kaku di dalam peti mati berbahan kayu jati. Siap untuk di kebumikan, namun ayahnya mengatakan bahwa mereka perlu menunggu seseorang. Chanyeol tak lagi mampu berpikir apa lagi bertanya, siapa gerangan yang harus mereka tunggu. Hatinya sudah terlalu sakit menerima kenyataan pahit yang datang secara beruntun.

Hingga beberapa orang memasuki aula rumah duka dengan langkah tergesa. Seseorang dengan surai coklat yang berjalan di tengah rombongan sembari di tuntun menarik perhatian Chanyeol. Sempat-sempatnya terpesona oleh kecantikan yang terpancar pada wajah pucat milik sosok itu.

Ia segera menggeleng keras, mencoba mengenyahkan perasaan aneh yang muncul tak tepat waktu. Ini bukan saatnya untuk terpesona pada apapun atau siapapun. Ingin mendinginkan kepala, Chanyeol melangkah pergi menuju toilet untuk membasuh wajahnya.









Chanyeol menatap refleksi dirinya pada cermin wastafle di toilet. Wajahnya basah setelah ia basuh barusan. Pandangan menerawang ke depan, Chanyeol mendapatkan sebuah bayangan mengenai serpihan masa lalu. Seseorang dengan wajah familiar namun tak ia kenal muncul dalam benaknya.

Chanyeol menghela nafas. Bukan saatnya memikirkan hal lain. Ia harus kembali ke aula dan ikut serta mengantarkan jasad kakanya ke peristirahatan terakhir.

Dan sesuatu terjadi di sana. Tepat di sebelah peti yang menyimpan tubuh tak bernyawa sang kakak, seseorang duduk bersimpuh dengan isak tangis yang terdengar memilukan. Beberapa orang mengerubungi sosok itu. Dengan tatapan prihatin dan kebingungan, tak tau bagaimana harus menenangkan.

Chanyeol lantas mendekat. Ingin melihat lebih jelas, siapa gerangan yang begitu tampak sangat kesakitan oleh kematian kakaknya lebih dari keluarga dari sang mendiang.

Membelah kerumunan, Chanyeol turut memperhatikan sosok itu dari dekat. Hingga sosok tersebut mengangkat wajahnya yang basah, matanya menatap penuh duka pada Chanyeol yang mematung di tempat. Mata itu menyiratkan segalanya. Rasa sakit, kecewa, duka, hancur, terpuruk, putus asa dan semua perasaan menyedihkan yang ada di dunia.

Entah mendapat ide dari mana, seolah tubuhnya bergerak tanpa komando, Chanyeol membawa tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya. Tanpa berkata, bahkan membuka mulutnya, Chanyeol hanya memeluk dan mengusap punggung bergetar itu untuk sekedar menenangkan yang sebenarnya sia-sia.

Chanyeol mengerti bagaimana rasanya kehilangan. Ini bukan kali pertama untuknya, dan rasanya sangat sakit luar biasa. Mereka bertahan pada posisi itu hingga tubuh dalam pelukannya lunglai tak berdaya dalam dekapannya.

Pingsan.









Proses pemakaman berlangsung dengan runyam. Sosok yang di tunggu-tunggu itu pingsan dua kali selama proses. Pertama saat jasad almarhum masih di rumah duka, pihak keluarga akhirnya kembali menunda proses pemakaman dan menunggu sosok itu tersadar dari pingsan.

Kedua saat akhirnya jasad almarhum selesai di kebumikan. Sosok itu kembali pingsan dan berakhir di rumah sakit untuk mendapat penanganan.

Keadaannya sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya mengenai kondisi tubuh, mental dan perasaannya, namun juga menyangkut keselamatan nyawa lain yang ia bawa di dalam perutnya.

Sosok itu tengah mengandung. Mengandung darah daging dari Park Seo Joon, almarhum kakak Chanyeol.

Chanyeol menatap sosok yang kini tengah terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit dengan isi kepala yang runyam. Yang ia lihat sekarang adalah sebuah kemustahilan yang nyatanya benar-benar terjadi. Lebih dari fakta bahwa almarhum kakaknya adalah seorang gay, Chanyeol lebih terkejut ketika mengetahui bahwa kekasih pria kakaknya tengah mengandung.

Spring For ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang