Sejak mendapat kabar buruk mengenai keadaan suami dan teman-temannya, Sehun menjalani hari seolah ia sudah tak memiliki semangat hidup. Ia bahkan tak mampu menelan makanan jika bukan karena terpaksa sebab ia harus memastikan bahwa janin di dalam kandungannya mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
Di sisi lain, Rowoon begitu telaten memperhatikan Sehun. Memenuhi semua kebutuhan pria hamil itu tanpa di minta dan selalu tanggap setiap Sehun membutuhkan bantuan namun sungkan meminta padanya.
Rowoon bahkan sudah seperti seorang suami yang melimpahkan seluruh waktunya untuk Sehun. Selalu datang di pagi hari untuk mengantarkan sarapan sebelum bekerja. Menyempatkan diri untuk membawakan makan siang di sela waktu istirahat kerja. Lalu datang lagi saat pulang kerja dengan bungkusan makan malam dan tak akan pulang sebelum melihat Sehun terlelap.
Sehun sering menangis, dan Rowoon akan menghampirinya untuk memberikan ketenangan dengan sebuah pelukan dan usapan lembut pada punggungnya yang bergetar.
Sementara Kris terus memantau keadaan Sehun melalui sambungan telephone dan meminta Rowoon untuk selalu waspada dalam menjaga pria hamil itu. Kris khawatir Sehun akan nekat menyakiti dirinya sendiri karena merasa tertekan oleh keadaan.
Dan memang benar, Sehun memiliki pikiran tersebut. Hanya saja, ia masih memikirkan anaknya. Untung saja. Karena jika bukan karena ada Jelly di dalam kandungannya, maka Sehun akan memilih untuk membunuh dirinya sendiri akibat rasa bersalah yang besar di hatinya.
Ini adalah hari ke tujuh Sehun berada di Jogjakarta. Seperti tengah mengurung dirinya sendiri, Sehun tak memiliki niat untuk keluar dari kamar losmennya. Meski Rowoon sudah beberapa kali menawarinya untuk pergi berjalan-jalan agar Sehun bisa menghirup udara segar, namun pria hamil itu selalu menolak.
Sekarang waktu tengah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Biasanya Rowoon akan sampai lima menit lagi dengan kantong plastik berisi makan malamnya dan Sehun.
Tapi kali ini berbeda, Rowoon tidak membawa apapun selain tas kerjanya. Ia mengetuk pintu losmen yang Sehun tempati dan mendapat sahutan dari dalam untuk masuk saja karena sang penghuni kamar tidak mengunci pintunya.
Rowoon mendapati Sehun tengah duduk di tengah ranjang dengan pandangan kosong pada televisi yang menampilkan layar hitam. Melihat itu membuat Rowoon menghela nafas berat. Sehun tampak seperti orang depresi dengan segala kesedihan pada pancaran matanya.
"Sehun-ah, ayo kita cari makan malam di luar."
Ajak Rowoon di tempatnya berdiri pada sisi ranjang.
Rowoon sudah mulai memanggil Sehun dengan panggilan akrab sejak beberapa hari yang lalu untuk mengenyahkan kecanggungan.
Ajakan Rowoon hanya mendapat jawaban berupa gelengan kepala pelan. Masih pada posisinya menatap kosong pada televisi yang tidak menyala.
"Sehun, ayolah.. kau butuh udara segar. Mengurung diri di dalam kamar dalam waktu lama akan menimbulkan efek buruk bagimu dan Jelly."
Sehun yang tadinya enggan menatap Rowoon kini mengalihkan atensinya pada si pria Kim.
"Bagaimana jika Jaehyun menemukanku?"
Sehun sebenarnya tidak benar-benar takut di temukan oleh Jaehyun. Ia sudah pasrah jika harus berakhir menjadi tawanan Jaehyun hingga akhir hidupnya. Penolakannya hanya sebuah alasan karena Sehun benar-benar tak ingin pergi kemanapun.
Keluar kamar, melihat pemandangan di luar yang pasti tampak indah dengan lampu-lampu kota yang gemerlapan adalah sebuah kemewahan bagi Sehun saat ini. Dan Sehun merasa tak berhak merasakan kemewahan apapun di saat ia adalah alasan dari kematian seseorang.
Sehun benar-benar merasa bahwa ia adalah penyebab semua kekacauan ini dan ia memupuk begitu banyak rasa bersalah di hatinya.
"Si Jaehyun itu tak akan menemukanmu di sini. Kris selalu memberikan kabar terbaru dari pergerakan Jaehyun. Kau tak perlu takut. Lagi pula ada aku yang melindungimu. Biarpun terlihat lemah begini, dulu aku adalah petarung hebat ketika masih remaja. Dan aku yakin bahwa kemampuanku masih sama seperti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring For Chanyeol
FanfictionPark Chanyeol adalah pria normal yang memiliki kekasih seorang wanita. Chanyeol mencintai kekasihnya hampir sama banyak seperti ia mencintai almarhum ibunya. Namun suatu hari, ia mendengar sebuah permintaan tak masuk akal dari ayahnya dengan iringan...