Sehun memandangi bagian depan rumahnya dengan tatapan nanar penuh kesedihan. Sementara beberapa pria berseragam berjalan mondar-mandir menggotong barang dari dalam rumah untuk di pindahkan pada sebuah truk pengangkut yang terparkir di halaman rumah.
Hingga pundaknya di tepuk ringan oleh sang suami yang berdiri di sebelahnya.
"Sayang, kita harus bergegas. Sean dan Aeri sudah terlalu lama kita titipkan pada ayah serta paman dan bibi Smith."
Ucap Chanyeol pelan, penuh kehati-hatian, tak ingin memancing emosi istrinya yang mudah tersulut sejak ia menceritakan masa lalunya yang kelam.
Sehun tidak menjawab, tidak juga bergerak sedikitpun. Tatapannya masih tertuju pada rumah yang selama lima tahun ini menjadi tempatnya bernaung. Tempat di mana ia bertemu dengan dua jiwa dari orang-orang yang terhubung dengan suaminya melalui takdir yang kejam.
Tatapan Sehun terpaku pada jendela kaca yang terletak di ruang tamu rumahnya itu. Titik dimana kini ada dua sosok berwujud transparant tengah balik menatapnya dengan seulas senyum hangat. Sebelum akhirnya tubuh dari dua sosok itu memudar dan hilang. Meninggalkan bingkai jendela dengan tirai berwarna putih di baliknya.
Dan tanpa sadar, wajah Sehun telah basah oleh liquid bening yang mengalir dari mata dengan iris biru miliknya.
Chanyeol yang melihat itu lantas segera memeluk tubuh bergetar istrinya. Membisikkan kata-kata penenang yang sebenarnya tidak di perlukan.
Karena tangisan Sehun kali ini tidak sepenuhnya keluar akibat kesedihan. Namun lebih cenderung pada rasa lega. Lega karen entah bagaimana ia bisa merasakan bahwa kedua sosok yang selama ini menjaga anak-anaknya dalam diam itu akhirnya dapat pergi ke tempat yang seharusnya. Tempat yang lebih nyaman dan lebih indah untuk keduanya.
Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Sehun dan Chanyeol baru saja menyelesaikan pekerjaannya dalam menata barang-barang di rumah baru mereka dengan bantuan para pekerja yang Chanyeol sewa.
Terasa cukup melelahkan bagi keduanya, hingga kini mereka terkapar di lantai ruang keluarga beralaskan karbet bulu tebal.
Rumah baru mereka berada di pinggiran kota. Bertempat di kompleks perumahan yang cukup banyak di huni, namun memiliki suasana yang nyaman dan tenang. Letaknya pun cukup strategis, tidak terlalu jauh dari perusahaan Chanyeol berada, serta dekat dengan sekolah Sean, rumah pasangan Guan Lin dan Jihoon serta kediaman ayah Park.
Rumah itu memiliki dua lantai dengan tiga kamar di lantai atas dan dua kamar di lantai bawah yang masing-masing memiliki kamar mandi dalam. Salah satu dari tiga kamar di lantai atas akan di tempati oleh Chanyeol bersama Sehun, sementara dua kamar lainnya masing-masing akan menjadi kamar kedua anak mereka. Lalu dua kamar di lantai bawah akan di jadikan kamar tamu.
Rencana pindah rumah ini memang sudah di bicarakan sejak lama oleh keduanya. Alasannya karena mereka membutuhkan lebih banyak kamar yang tidak mereka miliki di rumah sebelumnya.
Sehun sendiri sempat enggan untuk pindah karena merasa tak rela jika harus meninggalkan rumah yang menyimpan banyak kenangan di dalamnya. Ia juga merasa sedih jika harus meninggalkan sosok Eri yang selama lima tahun ini selalu menjaga kedua anaknya. Karena ia tau, Eri tak mungkin bisa ikut pergi bersamanya meninggalkan rumah itu.
Sesungguhnya, sudah sejak lama Sehun merasakan bahwa ia meiliki rasa kasih dan sayang pada sosok Eri. Di samping itu, ia juga merasa sangat bersyukur dan berterima kasih karena Eri telah menjaga anak-anaknya dan bahkan berteman baik dengan kedua buah hatinya itu.
Ketika mengetahui jati diri dari sosok Eri, yang membuat Sehun sadar bahwa perlakuan Eri terhadap Sean dan Aeri di dasarkan pada rasa kasih sayang seorang kakak pada adik-adiknya, Sehun menjadi semakin enggan untuk meninggalkan rumah mereka. Dimana hal itu cukup sering menjadi perdebatan antara dirinya dan Chanyeol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring For Chanyeol
FanfictionPark Chanyeol adalah pria normal yang memiliki kekasih seorang wanita. Chanyeol mencintai kekasihnya hampir sama banyak seperti ia mencintai almarhum ibunya. Namun suatu hari, ia mendengar sebuah permintaan tak masuk akal dari ayahnya dengan iringan...