Sequel #3

258 29 10
                                    

Warning!
Ada sedikit adegan 🔞
Di mohon untuk yang masih di bawah umur, langsung skip ke paragraf kedua. 😉






Langit malam berwarna hitam pekat di atas sana tengah kosong. Tak ada bintang yang biasa bertebaran menghias angkasa. Rembulan bersinar sendirian hanya dengan bentuk sabit yang terlihat.

Udara malam yang dingin terasa menusuk hingga ke tulang. Membuat hampir semua orang merapatkan selimut untuk menghangatkan tubuh mereka.

Namun pasangan ChanHun memiliki cara lain untuk menghangatkan tubuh satu sama lain.

Tidak. Mereka tidak lagi kedinginan. Bahkan lebih tepat dikatakan bahwa mereka merasa panas sekarang. Dimana bulir keringat menetes pada setiap bagian tubuh keduanya yang tanpa busana.

Sementara Sehun tengah melonjak-lonjak di atas selangkangan suaminya dengan pusaka sang dominant yang keluar masuk lubang senggamanya. Chanyeol tak tinggal diam, ikut menghentakkan pinggulnya berlawanan arah dengan gerakan naik turun yang istrinya lakukan. Satu tangan kekarnya mencengkram pinggang Sehun yang berlekuk bak gitar spanyol, sementara tangan lainnya sibuk memanjakan sesuatu yang tegak sempurna di antara paha istrinya.

Suara desahan dan geraman tertahan memenuhi ruangan kamar mereka. Bersahutan dengan suara angin yang berhembus di luar sana.

Entah sudah ronde ke berapa, keduanya seolah tak merasa lelah. Sebab kenikmatan yang mendera membuat mereka hilang akal.

Berharap saja, semoga putri mereka yang kerap terbangun tengah malam tidak menginterupsi kegiatan pan-

"Oeeeeek! Oeeeek!"

as ini.















Chanyeol yang baru saja membuka pintu kamar anak-anaknya menatap heran pada putrinya yang berhenti menangis tepat ketika ia baru selangkah keluar dari kamarnya.

Pria Park itu sengaja menawarkan diri untuk mengurus Aeri dan membiarkan Sehun beristirahat karena sang istri tampak sangat kelelahan setelah melayaninya barusan.

Alih-alih menangis, putrinya itu justru tengah terduduk sambil tertawa-tawa menggemaskan seperti tengah melihat sesuatu yang lucu di depannya. Padahal Chanyeol tak melihat apapun di sana kecuali udara kosong.

Chanyeol segera mendekat dan mengangkat tubuh putrinya, mensejajarkan wajah polos si bayi dengan wajahnya sendiri dan bertanya-

"Apa yang membuatmu tertawa-tawa seperti tadi Aeri-ya?"

, yang tentu saja tak mendapat jawaban selain semburan liur yang membasahi wajahnya.

"Eyy.. kenapa kau menangis dan mengganggu orang tuamu padahal kau baik-baik saja, hem? Daddy kan sedang berusaha membuat adik baru untukmu. Memangnya kau tak mau punya adik, huh?"

Oh! Park Chanyeolnim, putrimu itu baru berusia enam bulan jika kau lupa.

Chanyeol kembali mendapatkan semburuan suci dari mulut putrinya. Menghela nafas, ia tak sengaja mendapati sebuah titik merah di punggung kaki putrinya.

"Aeri-ya di gigit nyamuk? Pantas saja kau menangis tadi."

Kini dia tau apa yang membuat putrinya menangis. Titik merah di punggung kaki putrinya adalah bekas gigitan nyamuk.

Chanyeol lalu mendekap putrinya, mengayunkan tubuhnya untuk kembali menidurkan Aeri. Tak sengaja matanya menangkap Sean yang terlelap di atas ranjang dengan sprei bergambar Iron Man tengah tersenyum dengan mata terpejam.

"Sepertinya kau mimpi indah, jagoan."

Bisiknya.

"Naa.."

Spring For ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang