Chapter 9

390 54 10
                                    

Chanyeol berhasil menyusul Sehun, tentu saja. Untungnya pria hamil itu masih memikirkan keselamatan kandungannya dengan tidak berlari.

Meski bersyukur bahwa ia bisa membawa Sehun untuk pulang ke rumah tanpa menimbulkan keributan yang lebih parah, kini Chanyeol tengah kebingungan untuk menemukan cara agar Sehun berhenti menangis.

Beberapa saat lalu, begitu sampai di rumah, Sehun langsung memasuki kamar mereka, naik ke ranjang dan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. Gundukan selimut yang tercipta tampak bergetar akibat tangis yang ia lakukan.

Chanyeol duduk di sisinya dengan isi kepala yang berantakan. Hatinya begitu kesakitan mendengar isak tangis istrinya.

"Sehun-ah, apa yang harus ku lakukan agar kau mau berhenti menangis?

Tak ada jawaban. Hanya isakan yang semakin kencang sebagai balasannya.

"Aku akan lakukan apapun jika kau mau berhenti menangis."

Bujukan itu berhasil membuat Sehun membuka sedikit selimut yang mengurung kepalanya.

"Aku... hiks.. ingin.. pulang.. hiks.."

Jawab Sehun di sertai isakan. Membuat kening Chanyeol berkerut heran.

"Kita sudah berada di rumah."

"Hiks.. ini bukan rumahku.. hiks.. aku.. hiks.. ingin pulang ke Canada."

Jawaban yang berhasil membuat tubuh Chanyeol membeku.

"Hiks.. biarkan aku pulang! Aku.. hiks.. aku tidak mau lagi ada di sini!"

Sehun itu sebenarnya adalah sosok yang tegar. Berbagai kemalangan telah menimpanya secara kejam sejak kecil. Macam-macam hinaan juga telah menghujaninya di masa lalu.

Hanya saja, saat ini Sehun sedang benar-benar rapuh. Ia berada di negeri yang asing baginya dan di sini tak ada Seo Joon, ibu Sandara atau bahkan ibu panti yang bisa menguatkannya seperti hari-hari lalu. Hormon kehamilan yang sedang tak stabil juga mempengaruhi kondisi phsycologystnya.





Duduk termenung dengan perasaan kacau dan pikiran runyam di ruang keluarga, Chanyeol meninggalkan Sehun untuk menangis sendirian di dalam kamar. Ia kehabisan akal untuk membujuk Sehun agar mengurungkan niatnya yang ingin pulang ke Canada atau bahkan sekedar membuatnya berhenti menangis.

Dalam rasa frustasi yang menghimpit, akhirnya Chanyeol menghubungi ayahnya. Sosok yang ia anggap cukup dekat dengan Sehun di bandingkan dengan dirinya. Beruntung, sang ayah segera datang dan sekarang tengah berbicara empat mata dengan menantunya.

Dua jam telah berlalu sejak kedatangan ayahnya. Chanyeol tak memiliki keberanian untuk bergabung dalam pembicaraan mereka atau bahkan untuk sekedar mencuri dengar. Ia sedang menenangkan hatinya, menyiapkan diri untuk menerima keputusan yang keduanya ambil nanti.

Chanyeol, sejatinya tidak menginginkan kepulangan Sehun ke Canada. Ia tak ingin berada jauh dari istrinya itu. Chanyeol tidak perduli pada makna dari rasa keberatannya jika harus hidup berjauhan dengan pria hamil tersebut. Yang Chanyeol tau, ia tak akan sanggup untuk membiarkan Sehun pergi dari sisinya.

Beberapa saat kemudian, ayah Park keluar dari kamar. Chanyeol segera memberikan tatapan bertanya pada ayahnya itu ketika sang ayah duduk di salah satu sofa.

"Bawa Sehun pergi dari sini."

Ucapan ayahnya membuat mata Chanyeol membola.

Inikah akhirnya? Sehun benar-benar memilih pergi?

Begitu sesalnya dalam hati.

Sementara sang ayah yang tau arti dari ekspresi putranya segera membenahi ucapannya.

Spring For ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang